Senin, 28 September 2015

Kursus Mengemudi Cepat Tepat Kota Karawang




 


Kursus Mengemudi Favorit saya :
(Alm) Haji Uku Dahyar

Jalan Dewi Sartika No.37. Karawang Kota. Tepat dibelakang Bioskop Karawang Theater. Atau sejajar dengan Markas Besar Pemadam Kebakaran Kabupaten Karawang (Damkar). No.Telp. 0267-401819. 
  
Lokasi Kursus Mengemudi ini sangat strategis, dekat kemana mana, mau ke Mall dekat hanya 10-15 menit jalan kaki, mau ke stasiun Kereta api hanya 10-15 menit, mau buah buahan hanya 10 menit dan kuliner khas Karawang lainnnya.
berbincang dgn Pejabat yg dinas di Karawang


Siswa Kursus Montir mobil sedang praktek
Jalan Dewi sartika merupakan salah satu jalan yang dipenuhi oleh kuliner khas Karawang seperti “Tangkar”, makanan ini tidak ada di tempat lain selain di Karawang.
Cobalah berkunjung ke Jalan Dewi Sartika pada sore hari , akan terlihat ramainya tempat kuliner dimaksud.

Siswa Kursus Montir menerima pembelajaran

Kursus Cepat Tepat ini berdiri sejak tahun 1974, didirikan oleh (Alm) Haji Uku Dahyar kelahiran desa Panyingkiran Rawamerta Kabupaten Karawang.

Acara setelah ujian akhir

Selain menyelenggarakan kursus mengemudi, juga kursus ini menyelenggarakan kursus montir motor dan mobil, serta menyelenggarakan Pendidikan penyetaraan SMP dan SMA yang lebih dikenal dengan istilah Paket B dan Paket C.

Nampak juga pada foto, beliau sedang bersosialisasi dengan beberapa pejabat teras Pemerintah Karawang  dan pembukaan kursus yang dibuka oleh Bapak Dadang S Muchtar Bupati Karawang.

Pembukaan Kursus oleh Bupati Karawang
Cabangnya ada di Rengasdengklok, disamping Pom Bensin depan terminal Rengasdengklok dan 
cabang di Telagasari (sebelum perempatan dari arah Karawang).

(Diperbaharui tanggal 18 Desember 2016)
berbincang dgn Pejabat yg dinas di Karawang














Sabtu, 26 September 2015

KONGRES KE II JEKI SIANG DAN JEKI MALAM Bagian Ketiga Tentang Tut Wuri Handayani




KONGRES KE II JEKI SIANG DAN JEKI MALAM


Jeki Siang dan Jeki Malam seperti ahli berdebat



Bagian Ketiga
Tentang  Tut Wuri Handayani

Kekhawatiran Jeki Siang dan Jeki Malam masih nempel pada benak masing masing, hingga kini mereka yang akan piket ronda ini malam belum satupun yang nongol. Dan akhirnya sampai juga pada titik nadir…, takdir tidak bisa disangkal bagaimanapun…, Pa RT Junot menanyakan keberadaan warga yang akan piket ronda ini malam. “Jek ente sedari tadi disini..??” tanya Pa RT Junot, dengan wajah yang pucet dan penuh keringat dingin Jeki Malam menjawab pertanyaan Pa RT Junot “iy.. iya betul Pa RT Junot, ada apa ya..?”, “sudah berapa orang yang sudah datang ke sini untuk ronda ini malam ..?”, “ belum ada satupun Pa RT Junot..” jawab Jeki Malam singkat saja. Mendengar jawaban dari Jeki Malam Pa RT Junot hanya terlihat menarik napas dalam dalam dan terus diam, melihat hal ini Jeki Siang dan Jeki Malam mulutnya komat komat, kedua mata mereka saling lirik. “Mungkin …mereka masih menyelesaikan pekerjaan yang belum beres, kita tunggu lah barang setengah jam mah, nanti kalo setelah lewat itu, baru lah kita panggil ke rumah masing masing” ujar Pa RT Junot. Mendengar penjelasan dari Pa RT Junot, Jeki Siang dan Jeki Malam, hanya bengong melongo, tidak menyangka sikap Pa RT Junot begitu berbeda dari biasanya. Melihat kedua Jeki ini pada bengong seolah Pa RT Junot tahu isi hati mereka. “ Jek…, sikap marah marah itu tidak baik dan tidak memecahkan masalah, hanya nambah nambah masalah, dan itu salah satu sikap yang bodoh yang tidak perlu diperlihatkan pada siapa pun ”, “ jadi Pa RT Junot tidak marah dengan keterlambatan mereka ke sini…? Tanya Jeki Siang, “ tidak jek.!, seandainya mereka tepat waktupun tidak dapat merubah keadaan tetap aja begini, tidak akan perubahan yang sangat drastis disini, jadi saya berpikir lebih baik mereka mengerjakan yang lebih penting bagi kehidupan mereka, seperti memperhatikan anak anaknya belajar atau membantu anaknya mengisi PR sekolahnya” jawab Pa RT Junot, dan Jeki siang dan Jeki Malam memperhatikan apa diucapkan oleh Pa RT Junot dengan seksama. “Tapi itu juga sama membuang waktu bagi Pa RT Junot untuk datang lebih awal daripada mereka” tanya jeki Malam sepertinya mereka berdua bergantian bertanya, “ seandainya mereka datang sekarangpun…, yang dikerjakanpun seperti kita sekarang ini he’he’he’, dan saya datang lebih awal itu adalah karena posisi saya sebagai ketua RT.., artinya saya ini sudah milik warga bukan hanya milik keluarga saya, jadi saya harus mengutamakan kepentingan bersama dulu, dibandingkan kepentingan pribadi. Jadi pemimpin itu posisinya ada di depan, harus bisa memberi teladan yang baik, di tengah harus bisa memberikan semangat untuk produktif dan posisi di belakang pemimpin harus bisa mendorong atau memberikan dorongan kearah positif dan produktif “, “ waah Pa RT Junot hebaaaat…” puji Jeki Malam sambil mengacungkan jempolnya, “ itu elmu dari mana Pa RT Junot.., kalo boleh tahu mah…??” tanya Jeki Siang, “ yang tadi itu adalah ajaran dari Ki Hajar Dewantara, yang lebih dikenal dengan nama “Tut Wuri Handayani” , “ Ki Hajar Dewantara itu siapa…?? ” tanya Jeki Siang, “kalo Tut Wuri Handayani itu apa…??” tanya Jeki Malam ngga mao ketinggalan untuk bertanya.
Sebelum Pa RT Junot menjawab, beliau rupanya keheranan atas pertanyaan kedua jeki ini, timbul pertanyaan dalam hatinya “ kenapa mereka bertanya itu…?, apa dulu mereka tidak diajarkan disekolahnya..?, padahal ini tokoh Nasional, tokoh pendidikan Republik tercinta ini, ajarannya pun betul betul luar biasa eloknya, karena bisa diterapkan pada kehidupan sehari hari kita, tidak hanya dibidang pendidikan saja”.
Pemirsa budiman.., sepertinya musti kita renungkan kembali pertanyaan Pa RT Junot, berkaitan dengan pengenalan tokoh dan ajarannya atau jasa jasanya terhadap Republik tercinta ini, itu pun bukan hanya terhadap Ki Hajar Dewantara saja, banyak tokoh tokoh di Republik tercinta ini yang harus dikenal oleh generasi penerus Republik tercinta ini, apa benar…hal ini sudah terlupakan untuk diajarkan kepada anak anak didik Republik tercinta ini…??, padahal jasa jasa mereka ini sangat luar biasa dibandingkan dengan jasa jasa kita sekarang ini. Saya selaku Penulis memohon dengan sangat bantuan dari Pemirsa budiman untuk dapat menjawab pikiran dari Pa RT Junot ini.
“Wajar saja kamu berdua nanya siapa itu Ki Hajar Dewantara itu...?, kita mah wajar tidak tahu juga, kita mah orang kampung .., orang desa..., yang udah untung ada sekolah impres disini..”, “betul Pa RT Junot, kalo bukan jasa Pa guru Didi Semedi mah, kita kita ini juga...sampai sekarang masih buta huruf”, Jeki Malam pun ngga mao ketinggalan menambah “betul Pa RT Junot kalao bukan jasa Pa guru Didi Semedi mah sekolah di kampong kita ini tinggal namanya aja..., ditinggal semua ama guru gurunya..ke kota he’he’he’, hanya Pa guru Didi Semedi yang bertahan disini dari sejak berdiri sampe sekarang”, “kebangetan kalo yang tidak tau para tokoh atau leluhur negeri tercinta ini, adalah orang orang kota yang serba ada dan mudah untuk sekolahnya” kata Pa RT Junot.
“Pa RT Junot..., pertanyaan saya belum dijawab..? tanya Jeki Siang dan Jeki Malam serentak, “ oo iya...., kira kira begini...,Ki Hajar Dewantara itu tokoh pendidikan nasional, tokoh pendidikan negeri tercinta ini, hari kelahiran beliau dijadikan hari Pendidikan Nasional, terus... ajarannya dikenal dengan Tut Wuri Handayani “, “apa itu hartinya Pa RT Junot..?” tanya Jeki Malam, “ artinya itu tadi yang saya sebutin..., di depan memberi teladan.., ditengah memberi semangat.., dan di belakang memberi dorongan, ajaran ini ternyata bisa diterapkan untuk kegiatan kita sehari hari, contonya tadi saya membuang sampah, di depan memberi teladan...” jawab Pa RT Junot dengan singkat, ternyata  jawaban ini, tidak mendapatkan tanggapan yang posistif, hanya sedikit dan kurang memuaskan bagi kedua Jeki, makanya mereka melontarkan pertanyaan yang sedikit berbau protes dengan jawaban Pa RT Junot yang dianggap pelit. “Pa RT Junot.., kok jawabannya secuwil amat, saya berdua belum ngerti semuanya neh”. Mendengar pertanyaan bernada protes dari mereka, Pa RT Junot tertawa lepas “hua ha ha ha.., Jek..., saya mah ngejawab apa adanya sesuai dengan elmu saya, saya sekolah nya ngga nyampe ke es.. es..an kayak orang orang,  ini juga sudah alhamdullilaaah bisa baca tulis doang juga , bisa ketakar  elmu saya..ama kamu berdua, ha ha ha ha, jadi jangan harep jawabannya seperti para ahli, kalo pengen afdol mah coba tanyakan ke pemirsa budiman , barangkali ada yang mao bantu kita jawab Pa RT Junot dengan santai dan diselingi tertawa yang khas.

                                                      bersambung bagian keempat…..

Penjelasan bahasa aneh menurut Anda pada tulisan di atas ini.
1. nongol  = terlihat/datang
2. pucet  = pucat
3. bengong melongo  = termenung keheranan
4. elmu   = ilmu
5. musti  = mesti/harus
6. kebangetan  = keterlaluan
7.secuwil amat = sedikit amat
8. harep = harap

Minggu, 20 September 2015

KONGRES KE II JEKI SIANG DAN JEKI MALAM Bagian Kedua

Jeki Siang dan Jeki Malam berdebat


KONGRES  KE II JEKI SIANG DAN JEKI MALAM

Bagian Kedua
Tentang Pinter Dan Cerdas

Berdua kaget tersentak dari lamunan masing masing mendengar suara bising motor salju motornya Pa RT Junot. Jantung mereka ngadak ngadak berdetak kenceng, mulut mereka berdua tanpa komando komat kamit, sepertinya membacakan doa, apa yang yang dibacakan Penulispun...terus terang tidak tahu. Tidak lama Pa RT Junot sampai di Pos Ronda, kemudian Pa RT Junot mematikan motor yang berisik minta ampun,  jep......hening sekali suasana Pos ronda dan sekitarnya seolah olah paham dengan keadaan yang akan terjadi. Dalam keadaan yang genting.., tegang..., tiba tiba ada suara yang memaksakan keluar.. tuiiiiiit khas sekali suaranya..,”hihihihihi soriii..ga tahaaan” Jeki Malam tertawa sambil membekap mulutnya “hihihihi”, “sstt dah diem..” perintah Jeki Siang. 
Dengan langkah yang mantap dan memegang cangklong rokok ditangannya seperti Jenderal Mc Arthur kembali ke Philippina pada masa perang dunia ke II, bedanya tangan kiri Pa RT Junor memilin milin ujung kumis agar lancip ke atas seperti tanduk kerbau, tanpa basa basi beliau langsung duduk disamping Jeki Malam yang sudah basah ama keringat dinginnya.
“heuuh bau apa neh...?”, Pa RT Junot tangannya pakupis menyibak nyibakan tangan di depan hidungnya, “kok beda baunya ama disana, disana mah bau bensin dan oli kebakar, di sini mah lain..??” tangan Pa RT Junot menunjuk ke arah motornya, “eu.. eu.. mungkin bau sampah di belakang Pos Ronda ini Pa RT Junot” dengan agak gugup Jeki Siang memberanikan menjawab pertanyaan beliau, pas dilirik kebelakang kebetulan ada gundukan sampah entah siapa yang membuangnya, “waah jorok amat neh orang buang sampah sembarangan aja..., kan ada tempatnya..., apa ga ngarti kebersihan itu sebagian dari iman...” gerutu Pa RT Junot..,tapi beliau tidak meledak marah.                 
Melihat hal tidak baik itu langsung Pa RT Junot membersihkan sendiri, melihat pejabat RT turun langsung membersihkan sampah, tanpa komando Jeki Siang dan Jeki Malam mencoba membantunya tetapi di tolak dengan hormat, “ ngga apa apa.., saya sendiri juga bisa, toh sampahnya juga sedikit hanya sepengki aja..”. Dengan cekatan Pa RT Junot membersihkan sampah dan dibuang ke tempatnya yang tersedia, memang agak jauh dari Pos Ronda kira kira sepelemparan batu, melihat hal ini terjadi Jeki Siang dan Jeki Malam merasa tersindir oleh perilaku pimpinan sekelas Pa RT Junot.
 
Detak jantung mereka berdua masih belum stabil, khawatir Pa RT Junot menanyakan warga yang piket malam ini, “Jek…, kira kira apa jawabnya kalo Pa RT Junot nanyain yang piket ronda ini malam…? Tanya Jeki Malam, “tenang Jek.., saya bilang tadi sebetulnya ini mah bukan urusan kita…, seandainya Pa RT Junot marah kita terima aja lah…” jawab Jeki Siang sepertinya sudah pasrah, “gimana kalo kita ngebohong dikiiit aja, ngga usah banyak banyak gimana..Jek..?? Jeki Malam agak memaksa, “ kamu gimana seh…, bibir kamu belum kering…., kamu masih inget pesen emak kamu…? , dimana aja.., kapan aja.., kamu kudu bisa jujur..” jawab Jeki Siang, jeki Saing tersentak mendengar omongan Jeki Malam  Astaghfirullah…., soriii ane lupaa…, iya udah… kalo ditanya kita jawab seadanya, jangan pake improvosasi segala…gimana.. Jek setuju…?” Jeki Malam minta persetujuan, Jeki Siang mengangguk tanda setuju, “iya.. Jek.., mao bohong dikit ....,mao bohong banyak…, tetep aja bohong dan itu ada konseksuensinya dari amal perbuatan kita” jawab Jeki Siang memantapkan pendirian, jangan sampai goyah oleh nafsu dan akalnya yang selalu mengawang awang kejadian yang belum terjadi. 
Setelah membuang sampah pada tempatnya, Pa RT Junot menghampiri mereka berdua dengan senyum yang penuh dengan wibawa, “ Jek…, saya mao ngomong ke ente berdua…” Pa RT Junot baru ngomong begitu aja mereka berdua udah pucet wajah mereka, “ rupanya tidak gampang ngurus orang…, ngurus warga perlu kesabaran ekstra tinggi.., kita ngga cukup ama ngomong doang, perlu di dukung ama perilaku dan teladan kita selaku pimpinan…, itupun belum tentu 100% persen digugu oleh mereka, malah ada yang seneng kalo dilakukan ama orang lain, ngga ama dirinya, ternyata masih banyak yang pengen seneng sendiri atau mementingkan dirinya sendiri ” Pa RT Junot mengeluarkan kegundahan hatinya. Pemirsa budiman rupanya Pa RT Junot jangan jangan sedang galau neh ama prilaku warganya. “ Salah satu contoh, tadi sampah ada di mana mana, padahal warga sudah sepakat akan menjaga kebersihan lingkungan, akan membuang sampah di tempatnya yang sudah disediakan bersama, kalao bukan kita siapa lagii.., ga bakalan orang jauh mah” lanjut Pa RT Junot. Betulkan pemirsa…Pa RT Junot sedang galau.., “yehh Pa Ulis masih pagiii, jangan nongol dulu jadi kurang seru neh, ntar aja” protes Jeki Siang ama Jeki Malam kompak.
“Pa RT Junot…, ane mao tanya” Jeki Malam membuka keheningan, nampak Pa RT Junot pun sedang asik menikmati rokok dicangklongnya, “boleh Jek..”, “ tadi Pa RT Junot membuang sampah sendiri, kenapa ga nyuruh siapa kek.., nyuruh hangsip kek, atau nyuruh ane juga bisa…??, ane jadi malu melihat Pa RT sampai segitunya, memang diajarin harus begitu kalo ya… jadi RT mah ?” tanya Jeki Malam menyambung pertanyaan tadi. Setelah mendengar pertanyaan dari Jeki Malam Pa RT Junot merasa senang, ternyata mereka berdua memperhatikan apa yang sudah dilakukan, dengan diiringi tertawa kecil Pa RT Junot menjawab pertanyaan Jeki Malam “he’he’he’ Ya memang..Jek.., tadi dah saya sebutin ngurus orang itu ga gampang, harus sabar…, juga jadi RT mah ga ada sekolah an nya, mungkin ini mah, barangkali bawaan pendidikan saya dulu, walaupun ga sampai dapet ijasah, cukup sampai bisa baca dan tulis aja udah alhamdullilaaah, dari dulu hingga sekarang, yang namanya sekolahan itu tetap aja masalahnya sama”. “masalah nya samaa.., ane ga ngerti Pa RT Junot..?” tanya Jeki Malam memotong kalimat Pa RT Junot, “ masalahnya …, masalah klasik yaitu biaya yang cukup tinggi, untuk pendidikan mah, tapiii itu sepadan ama hasilnya nanti kemudian hari, contohnya temen temen saya yang nerusin sekolah mah, sekarang dah jadi professor, jadi dosen…, jadi pimpinan kantor pamarentahan…, saya mah ngga nerusin…, malah jadi jawara kampung…., masih untung sekarang jadi RT Juga…he’he’he’ ” jawab Pa RT Junot ditutup oleh tertawa ringan, mungkin menertawakan nasibnya. “Seharusnya ente berdua ini harus bisa melanjutkan sekolah lagi ke jenjang lebih tinggi agar harkat dan derajat hidup kita terangkat” tanya Pa RT Junot ke mereka berdua, yang kelihatannya mereka berdua telah melupakan kekhawatiran akan meledaknya amarah Pa RT Junot melihat warga yang akan piket ronda malam ini belum satu yang datang. 
Dengan setengah berbisik Jeki Malam menyampaikan kegembiraannnya, “ Jek..ane seneng Pa RT Junot ngga marah marah… ya..”, “betul Jek..,kalo bisa mah tanya terus tentang masa mudanya Pa RT Junot biar beliau lupa tentang orang mao piket ronda ini malam” Jeki Siang menyuruh Jeki Malam agar banyak bertanya kepada Pa RT Junot, dengan harapan bisa melupakan atau meredam marahnya nanti kalau warga yang piket ronda ini malam belum pada datang satu pun. “ Pa RT Junot.., tadi bilang bahwa masalahnya adalah biaya yang cukup tinggi…., kan.. dulu mah serba murah, ga kayak sekarang…, kenapa bisa tinggi biaya pendidikan..?? tanya Jeki Malam penasaran, “ betul Jek…, dulu mah biaya hidup masih murah, beda ama sekarang…., biaya sekolah tinggi karena dulu mah sekolah an itu jarang , adanya di kota kota kabupaten atau kota propinsi…, dulu mah alat  transportasi ga kayak sekarang dengan gampang, kita bisa menyetop bis atau angkot dimana aja, jadi serba cepet ke tujuan.., jadi bisa di dugdag atau dilaju, jadi dulu mah mereka yang mao sekolah kudu kost atau mondok .., walaupun jaraknya hanya 20 sampai 30 kilometer, tentunya sekalian dengan biaya hidupnya selama 1 bulan sekurang kurangnya…, itu yang menjadikan biaya sekolah jaman dulu jadi mahal, sekarang... sekolah an banyak .., ada dimana mana.., serba mudah sekolah jaman sekarang mah, serba mudah nulis dah di bantu ama computer, ngitung dibantu ama kalkulator, toko buku ada dimana mana, tapiii musti bayar ini bayar itu, tetep jadi mahal...” jawab Pa RT Junot menjawab dengan sungguh sungguh.
Melihat keadaan yang semakin kondusif seperti ini, Jeki Siang mengepus Jeki Malam untuk bertanya terus, “ terus ..Jek..! tanya” dengan setengah berbisik kepada Jeki Malam.  “Pa RT Junot.., selain itu.., ada ga bedanya antara pendidikan jaman dulu ama sekarang..?” tanya Jeki Malam, dengan nada merendah Pa RT Junot menjawab “pasti ada..., kalo tidak salah jaman sekarang mah terlalu mementingkan “pengajarannya”, dibanding ama “pendidikannya”, beda jaman saya dulu sekolah, lebih mementingkan “pendidikan” dibanding “pengajaran”, dulu mah pelajaran pendidikan budi pekerti diajar sama siswa itu dengan harapan, siswa itu berprilaku yang sopan santun terhadap  sesama, apalagi terhadap guru, siswa berprilaku beradab saling hormat menghormati sesama, saling menyayangi sesama makhluk, suka tolong menolong...,intinya siswa itu harus punya karakter yang baik”, diselingi menghisap cangklongnya dalam dalam Pa RT Junot meneruskan jawaban yang dibutuhkan ama Jeki Malam, “Jek.., kamu lihat sendiri di TV prilaku siswa siswa kita sekarang, baik yang ada di perguruan tinggi atau siswa sekolah menengah.., prilaku sepertinya mereka manusia yang ga pernah diwarah, telenges, pemarah, ga mao akur”, rupanya Pa RT Junot semangat sekali untuk menjawab pertanyaan, melihat mulut Jeki Malam sudah mulai terbuka mao bertanya Pa RT Junot tanggap dan berkata “ntar dulu ..Jek.., jangan dipotong dulu.., jangan nanya dulu..!!”, “ betul betul hebat Pa RT Junot tau aja saya mao nanya..” kata Jeki Malam, padahal Jeki Malam mulutnya terbuka itu karena menguap, bukan untuk bertanya, hanya Jeki malam tidak mao mempermalukan Pa RT Junot dihadapan orang lain, “ooo siapa dulu orangnya....” Pa RT Junot dengan bangga bahwa dapat menebak apa yang kan dilakukan oleh Jeki Malam. “ Jek..., orang dulu mah bukan orang sembarangan, lebih peka perasaannya he’he’he’. Dengan setengah berbisik dan mengedipkan matanya ke Jeki Siang berkata “mulut ane terbuka itu ...menguap..., bukan mao tanya lagi ke Pa RT Junot”, “kenapa kamu ga bilang terus terang sama beliau..??”tanya Jeki Siang, “ane kaga mao Pa RT Junot malu.., salah tebak” jawab Jaki Malam. “Ternyata Jeki Malam punya hati yang mulia” Jeki Siang memuji sikap Jeki Malam dalam hatinya. Kemudian Pa RT Junot melanjutkan “Jek..., waktu jaman saya, siswa siswa betul mempunyai rasa hormat yang tinggi terhadap guru guru, beliau baru masuk pintu gerbang aja, sudah rebutan tuh siswa ..., ada bawain tasnya..., ada yang nuntunin sepedanya, pokoknya macam macam memperlihatkan rasa hormatnya kepada guru, saking hormatnya kepada guru.., sampe sampe doa kita yang dipanjatkan..guru disebut pertama sebelum yang lainnya, seperti kalimat doa ini guru ratu wong ngatua karo” .
Sore makin lanjut ke malam, tetapi orang orang yang akan piket ronda masih juga belum satu yang datang. Untuk itu Jeki Malam pun dengan cekatan bertanya kembali,Pa RT Junot ...hasil antara “mementingkan pendidikan dibanding pengajaran dengan mementingkan pengajaran dibanding pendidikan..apa bedanya...??” tanya Jeki Malam. Mendengar pertanyaan Jeki Malam Pa RT Junot diam mematung, tatapan matanyapun meruncing ke satu sudut yaitu kepada Jeki Malam, Jeki Malam jadi salah tingkah, mulutnya mulai terbuka menganga, mirip Udin Nganga he’he’he’. “sebentar Jek.., rokok saya mao abis neh” Pa RT Junot menjawab sambil memperlihatkan rokoknya yang padam. Mendengar jawabannya yang menyejukan hati..., Jeki Malam girang bukan main. “Alhamdullilaaah“ Jeki Malam mengucap syukur dengan teleb banget. Mendengar Jeki Malam menyebut Alhamdullilaaah dengan teleb, Pa RT Junot kaget, “ada apa Jek…, apa yang ente syukurin…?”, mendengar pertanyaan balik dari Pa RT Junot, Jeki malam kaget, tapi bisa diatasi dengan mudah, “ane seneng melihat Pa RT Junot sehat walafiat..”, “emang ente tahu dari mana…?, ehh dokter aja musti pake alat…, ente mah kaga…, kok tahu saya sehat walafiat ..?”, sambil memutarkan kepalanya sambil berkata “ menurut analisa saya…, itu mah gampang Pa RT Junot, saya tahu pa RT Junot sehat.., sebab pa RT Junot merokok ngga batuk batuk, itu artinya Pa RT Junot sehat ”, sontak Pa RT Junot tertawa terbahak bahak dengan penuh wibawa “hua ha ha ha”, itu salah satu bedanya bekas jawara kampong ama orang biasa,  sambil tertawa teerus “ ente bisa aja …Jek.., ha ha ha.. mudah mudahan antipis anti rokok kaga baca yaa…, kalo mereka baca …, ente bisa bisa kena somosi dari mereka…, mararodel aja ente mah jek…hua ha ha ha” Pa RT Junot tertawanya makin lepas…. Pemirsa budiman, seharusnya somasi, bukan somosi, juga aktivis bukan antipis.., harap maklum mereka hanya tahu dari layar TV, kadang kadang bisa menyebut kalimatnya tanpa tahu artinya he’he’he’. Pemirsa budiman... penulis mohon maklum adanya, seandainya Pa RT Junot salah mengucapkan atau mengeja kata kata, harap dimaklum, jangan dibantah, saya tahu adat adatannya Pa RT Junot, kalau dibantah pendapatnya atau kehendaknya, nanti saya yang repot. Tadi beliau mengatakan “antipis” maksudnya adalah aktivis he’he’he’, terus...”somosi” maksudnya somasi he’he’he’, sepertinya beliau hanya mendengar kata kata tersebut secara sepintas di TV atau waktu kongkow kongkow ditempat lain.
Pa RT Junot, Jeki Siang dan Jeki Malam tertawa lepas  dan senang sekali, sepertinya kesenangan mereka tidak terpengaruh oleh dollar yang sedang liar, bikin pusing para ekonom dan punggawa negeri tercinta ini. “Hua ha ha ha ohook ohook ohook” Pa RT Junot batuk batuk dengan keras hingga mengeluarkan air mata, “ohook ohook ohook”. “Tolong ..Jek..ambilin air kemasan tuh.. di motor saya “ Pa RT Junot memberi perintah kepada Jeki Malam, dengan gesit Jeki Malam segera bergerak ke motor salju Pa RT Junot dan mengambil air kemasannya. Setelah diberi air minum...., lumayan batuknya agak berkurang, “nah ...sekarang Pa RT Junot jangan ngerokok ..., sebab sedang sakit ...!!” kata Jeki Malam, “ tul kan teori ane...he’he’he’” Jeki Malam tertawa membanggakan teorinya. Pa RT Junot pun tertawa, tapi beda tertawanya dengan yang pertama , sekarang mah agak ditahan sedikit karena masih terasa gatal tenggorokan, “he’he’he’ betul.. betul.. betul.. Jek..” jawab Pa RT Junot sampai tiga kali menyebut “betul” mirip upin ipin di TV, “sekarang mah saya berenti ngorokok” Pa RT junot meneruskan jawabannya sambil mematikan rokonya. 
Dengan penuh adab dan sopan santun Jeki Malam menanyakan kembali tentang pertanyaan yang belum dijawab yaitu bedanya Pendidikan dan Pengajaran. “Maaf Pa RT Junot sekarang dah baikan.., ga batuk lagi…? Tanya Jeki Malam, “ udah..Jek, saya tau ente mao nagih jawaban pertanyaan ente..kan..?? jawab Pa RT junot, “wah betul Pa RT Junot” jawab Jeki Malam antusias untuk menunggu jawaban dari beliau. “eu…eu….” Pa RT Junot tidak langsung menjawab, terlihat keningnya kerung kerung atau berlipat lipat. Pemirsa budiman Pa RT Junot ini sepertinya sedang memikirkan jawaban yang pas untuk pertanyaan jeki Malam, sampai keningnya kerung kerung, arti beliau sedang beliau berpikir keras, tidak lama kemudian, beliau tersenyum…pasti beliau mendapat ide untuk menjawab. “begini…Jek!!, hasilnya.... berbeda jauh antara pendidikan dan pengajaran” jawab Pa RT Junot, pemirsa budiman, betul kan…beliau sudah punya ide untuk menjawab he’he’he’pa ulis girang , “diem Pa Ulis jangan ikut campur…” protes Jeki Siang, “ iya neh ikut ikutan aja” tambah Jeki Malam, “sori…gatal neh mulut pengen nimbrung aja he’he’he’” kata Penulis. “kalo pengajaran itu menitik beratkan agar siswa biar “pinter”, kalo pendidikan itu menitik beratkan agar siswa itu jadi “cerdas” Pa RT Junot meneruskan jawabanya, mendengar jawaban dari Pa RT Junot langsung Jeki Siang bertanya dengan penuh semangat “ kalo begitu apa bedanya “pinter” dan “cerdas” “, “bedanya pinter ama cerdas itu dilihat dari prilakunya”, “contonyaa...??” Jeki Siang merapatkan pertanyaan, “contonya kalo orang pinter, fokus pada olah otaknya saja, jadiiii pikiran dan prilakunya....”ngeres”,  ngga jauh dari “minterin” orang melulu, dimana saja…, kapan saja…., siapa saja….ama dia mah “minterinteruuus...., tanpa ada rasa malu sedikitpun he’he’he’, sedangkan arti cerdas itu adalah kesempurnaan akal dan budi yang sudah bulat, karena yang diolah otak dan hatinya, contonya orangnya pinter dan berakhlak baik he’he’he’, makanya di pembukaan UUD 45 berbunyi  “mencerdaskan kehidupan bangsa”…, bukan meminterkan kehidupan bangsahe’he’he’ , bisa repot kalo bunyinya meminterkan kehidupan bangsa …., bisa bisa bangsa kita penuh ama tukang tipu semuaaa... huahahaha”.
Mendengar jawaban Pa RT Junot Jeki Siang dan Jeki Malam manggut manggut dan mulut agak menganga, dan merekapun ikut tertawa “huahahaha”. Bukan hanya mulut saja yang tertawa..,hatinyapun ikut tertawa puas, karena Pa RT Junot sudah bisa menjawab pertanyaan dari Jeki Siang dan Jeki Malam, terbukti mereka manggut manggut saja setiap mendengar jawabannya. 
Setelah tertawa mereka mereda Jeki Malam menyikutkan sikunya ke Jeki Siang sambil berkata dengan pelan “ Jek…!, ente ngarti jawabannya..??”, “ ngerti emang kenapa..?? jawab Jeki Siang sambil melontarkan pertanyaan kembali, “ itu bener ga ya..jawaban Pa RT Junot..??, “naah kalo itu mah.. saya ga tau bener ngga nya…” jawab Jeki siang pendek, Jeki Malam kaget sedikit “Laah ane jadi bingung.., ente tadi manggut manggut..  gimana..seh.., ane pikir ente ngartiii ???”, “iyaa ngarti jawabannya.., tapi masalah bener ngga nya mene ketehe , emang saya ini tukangnya teori pendidikan…!!, kan kamu ama saya sederajat sekolahnya… sama sama di SD Impres he’he’he’” jawab Jeki Siang dengan diakhiri ketawa kecil, ternyata Jeki Malam masih penasaran masih melontarkan pertanyaan kembali “terus ente tadi ketawa…??“, ‘iyaa saya mah tadi ketawa partisipasi…aja, kan.. kamu juga ikut ketawa…kenapa..??” jawab Jeki Siang sambil melontarkan pertanyan pula, “ ngeliat ente ketawa ane juga ikut ketawa…partisipasi.. emmm” jawab jeki Malam sambil mesem. Rupanya bukan Jeki siang dan Jeki Malam yang bingung, Pa RT Junot pun ikut bingung, “bingung bingung dah, saya aja yang ngasih jawaban binguuung , tau bener ..tau ngga.., saya serahkan kepada pemirsa budiman…aja dah, siapa yang salahh, professor bukaan, dosen bukaaan, sekolah juga ngga es..es..an kayak orang orang, malah ditanya masalah pendidikan dan pengajaran yang boten boten aja lah.., he’he’he’” begitu gerentes hati Pa RT Junot.
“Maaf Pa RT Junot..., ini mah biar pengertian saya full 100%..., tadi Pa RT Junot mengatakan “minterin” orang dengan arti yang negatif...., menurut pemikiran saya....bukannya pekerjaan bagus kalo kita bisa minterin orang..??” tanya Jeki Siang keheranan, “hua ha ha ha” Pa RT Junot tertawa lepas mendengar perkataan Jeki Siang yang polos, “laah malah ketawa Pa RT Junot mah..., emang ada yang lucuuu....???” Jeki Siang balik tanya.., kebingungan dan agak tersinggung, “ Jek...!, ngga ada yang lucu , cuma saya ketawa melihat kepolosan kamu, yang ngga bisa ngebedain arti minterin yang positif dan arti minterin yang negatif”, “puayaaah....yang gitu aja ente kaga ngartiii.. he’he’he’ledek Jeki Malam, tapi Jeki Siang yang diledek cuek aja sambil cungar cengir  juga.
“Daah jangan becanda aja..” Pa RT Junot menyela diantara kedua Jeki ini, kalau ngga ...., akan terus bacanda, “ Jek...! arti “minterin” disini...yang negatif...., contonya... minterin orang artinya ngebohongin orang, menipu orang, ngebodohin orang, ngakalin orang, pokoknya perbuatan negatif dah...”, “kenapa ya.. mereka berbuat begitu...? apa mereka ga diwarah ama orang tuanya, apa mereka ngga diwuruk ngaji ama guru ngajinya “ tanya Jeki Siang kembali, “ yaaahh ente mah gimana seeeh  ... malah diterusiiin” jawab Jeki Malam jengkel, “neh Jek...!, mereka berbuat begitu agar ini nya..keluar..” jawab Malam sambil menggesek gesekan jempol sama telunjuknya, “ooooo pantes waktu saya disana..., selalu bayar ini itu buanyak sekali” Jeki Siang baru sadar, “ ente ngasih aja kan..., ngga pernah nolak atau nanya nanya..kenapa harus bayar segala.., terus waktu ente bayar dikasih kuwitansi pembayaran ngga..?? tanya Jeki Malam nyerocos kayak yang paling tahu aja, “ ngga lah.., saya mah percaya aja, mereka ngomong itu ngomong ini percaya aja kita mah, maklum kita mah orang lugu, orang kampung, orang yang tidak berpendidikan tinggi, masa seh ngga percaya ama mereka...., mereka kan... pendidikannya tinggi tinggi masa seh mao ngebodohin orang kayak kita kita “, “huahahahaha” Pa RT Junot dan Jeki Malam tertawa bersama, Jeki Siang pun ikut tertawa, tapi saya yakin tertawa Jeki Siang mah tertawa partisipasi aja, karena ngga tahu maksud yang ditertawakan Pa RT Junot dan Jeki Malam.
 yeeeh ...Jek..! itu nama oknum..., dimana aja adaa” cetus Jeki Malam, “Iyaaa kalo satu dua mah disebut oknum, tapi kalo bauanyak mah disebut “gorombolan” Pa RT Junot menambahkan, tapiii Pa RT Junot terdiam langsung dengan muka yang masam setelah mengatakan “gorombolan”. “Jek..!! tadi Pa Rt Junot ngomong gorombolan maksudnya apa..ya..?” tanya Jeki Malam dengan suara yang hampir tidak terdengar, “ meneketeheeee tanya aja sendiri ama beliau” jawab Jeki Siang dengan nada yang sama dipelankan juga, “ laah ane takut .., noh liat muka nya asem begitu, mana berani ane, ente ajaaa” Jeki Malam takut dan mendesak Jeki Siang untuk menanyakannya, “ ooo gimana kalo minta bantuan Pa Ulis aja.., gimanaa?? Jeki siang punya gagasan untuk meminta bantuan kepada Penulis. “oo iyaa..., Pa Ulisss.. Pa ulisss..” Jeki Malam mencoba memanggil Penulis untuk diminta bantuannya. “Pa Ulis ..jangan diem ajaaaa.. helep helep helep “Jeki Malam teriak teriak. “hus berisik ganggu aja.., orang mao molor...neh he’he’he’” jawab Penulis , “alhamdullilaaah” akhirnya datang juga hati Jeki Malam girang bukan main, “gimana seh kata kamu tadi, saya jangan nongol dulu masih pagiiii,” jawab penulis, “maaf  Pa Ulis, emang tadi mah belon dibutuhkan..., tapi sekarang mah perlu buanget neh “ Jeki Malam mencoba ngeles. Pemirsa budiman soal ngeles mah Jeki Malam dan Jeki Siang, sebelas dua belas he’he’he’ . “ ya... Jek!! ada yang bisa saya bantu..emmm?? Penulis berkata dengan bahasa yang sopan dan senyum yang dipaksakan agar terlihat ramah. Kemudian Jeki Malam dan Jeki Siang bergantian menceritakan secara rinci, dari awal sampai dengan Pa RT Junot mengatakan “gorombolan”, dan Jeki Malam meminta bantuan kepada Penulis untuk menanyakan arti “gorombolan”.
 “Gimana Pa Ulis mao bantu saya ngga..?? tanya Jeki Malam, “untung kamu memanggil saya..., kalo tidak..., bisa kebablasan neh kongkow kongkow alias kongres he’he’he’ “. “Tetep tata krama .., sopan santun, ramah tamah dan adab harus dipake, kalo ngga bisa repot neh, aprak aprakannya jangan terlalu jauh, saya juga masih pengen punya temen temen yang banyak, ngga mao dijauhin atau dicap sok suci, sok macam macam..., dah balik lagi acaranya ke cerita yang membuat kita berkah, damai dan sejahtera”, “jangan utak utik kehidupan orang orang marahiwal, mereka banyak temen temennya, biarkan mereka hidup didunianya, kalo kita utak utik kehidupannya, malah kita yang kecemplung atau dicemplungin” pinta penulis kepada Jeki Siang, Jeki Malam dan Pa RT Junot agar bek tu besik . Setelah mendengar perkataan Penulis Jeki Malam bengong terkesima, “jek..!, ane pikir Pa Ulis itu pro kejujuran, kok kita disuruh bek tu besik” tanya Jeki Malam setengah berbisik ke Jeki Siang, “iyaa Pa Ulis itu seperti pro kejujuran, padahal beliau mah bukan jujur tapiii penakuuut..., he’he’he’” jawab Jeki Siang sambil tertawa terkekeh, “ssttttt jangan kenceng kenceng ntar beliau ngedenger, kita juga yang repot, bisa bisa di hapus dari acara kongkow kongkow ngga beres beres ini” jawab Jeki Malam sambil menempelkan telujuknya ditengah tengah bibirnya. 
Pemirsa budiman saya selaku penulis cerita ini , mohon maaf atas kekacauan ini, hal ini pernah terjadi pada kongres pertama, dan pada kongres ke dua ini, tidak diharapkan oleh kami, tapi ternyata cerita ini terlalu jauh aprak aprakannya hingga menimbulkan ketidak nyamanan beberapa saudara kita, atas kejadian itu saya mohon maaf dan tidak akan mengulang kembali, juga mohon di maafkan ucapan atau prilaku Jeki Siang dan Jeki Malam serta Pa RT Junot, yang tidak berkenan dihati Pemirsa budiman.” Betul Pemirsa budiman yang salah saya, bukan penulis, beliau mah tidak tau menau sepak terjang kami disini, besar harapan kami pemirsa yang budiman memaafkan saya” begitu Pa RT  Junot menimpalinya, tidak mao kalah dengan Pa Ulis.”Justru yang besar peranannya dalam kesalahan ini adalah saya berdua Jeki Siang dan Jeki Malam, beliau tidak akan menjawab kalo bukan saya berdua bertanya tanya, pertanyaannya pun tidak terstruktur, malah cenderung bebas dan liar, mohon kiranya pemirsa budiman agar memaafkan prilaku kami ini yang tidak tertata dengan baik” demikian ungkapan hati dua jeki agar pemirsa budiman memaafkannya.   “ Jeki Siang dan Jeki Malam serta Pa RT Junot agar kembali cerita semula” Penulis memberi perintah ketiga pelaku ini, “ siapppp “ jawab mereka ragem .
Pemirsa budiman.., sekali lagi dalam tulisan ini ada pengucapan yang agak berbeda dengan yang umum, seperti pengucapan yang seharus SD inpres, tapi mereka menyebutnya dengan SD Impres, harap dimaklum adanya, mereka tidak bisa merubah dengan cepat kebiasaan dalam kehidupannya, walaupun mereka menyadari bahwa itu tidak tepat untuk diungkapkan, tapi maksudnya benar.

                                                                                  bersambung bagian ke tiga.....

Penjelasan bahasa aneh menurut Anda pada tulisan di atas ini.
1. kenceng = kencang
2. jep  = gambaran suasana yg berisik langsung hening
3. cangklong  = pipa rokok, biasa terbuat dari gading
4. memilin milin  = memutar mutar
5. pakupis menyibak nyibakan = sibuk menyibak nyibak
6. kudu  = harus
7. digugu  = ditiru
8. pesen = pesan
9. diwarah = dididik
10. telenges = tega
11.  nuntunin  = dituntun
12. guru ratu wong ngatua karo = guru   pemerintah/pemimpin dan orang tua yang dituakan.
13. Somosi = Somasi
14. Antipis = Aktivis
15. Punggawa = Pegawai/Pejabat
16. Gesit = Lincah
17. SD Impres = SD Inpres
18. meneketehe = mana saya tahu
19. hangsip = hansip
20. didugdag = dilaju
21. adat adatannya = watak dan prilaku
22. kerung kerung = kulit jidat berlipat
23. cungar cengir = tertawa kecil
24. diwuruk = diajarkan
25. ngeles = menghindar
26. marahiwal = bertolak belakang dengan ajaran
27. kecemplung = jatuh ke kolam/air
28. gorombolan = istilah ini digunakan untuk meyebut pada pemberontak DI/TII.
29. ragem = serentak
30. mararodel = aneh aneh