Senin, 26 Desember 2016

Peresmian Balai Desa Pasir Kamuning Kecamatan Telagasari Kota Karawang



Peresmian Balai Desa Pasir Kamuning Kecamatan Telagasari
Kota Karawang

 
Disambut Lurah dan tokoh masyarakat

Pada tanggal 17 Desember 2016 yang lalu. Masyarakat Desa Pasir Kamuning berkumpul di Balai Desa Pasir Kamuning. Tidak lain tidak bukan masyarakat berkumpul di Balai Desa Pasir Kamuning untuk menghadiri syukuran dan peresmian gedung baru Balai Desa Pasir Kamuning. Pada acara ini atas inisiatif Bapak Lurah Desa Pasir Kamuning Bapak Oman Komarudin bersama warga, sekaligus mengadakan sunatan massal sebanyak 40 anak-anak warga setempat bekerjasama dengan Yayasan Budi Asih Jakarta.
Bupati Karawang Ibu dr. Cellica N bersama warga Pasir Kamuning

Pada acara ini masyarakat Desa Pasir Kamuning mendapat kehormatan yang sangat luar biasa, karena Ibu Bupati Karawang Ibu dr. Cellica Nurrachadiana langsung hadir dan meresmikan gedung baru Balai Desa Pasir Kamuning. 
Ibu Bupati Karawang disambut warga

Pada kesempatan ini Ibu Bupati Karawang berterima kasih kepada Bapak Lurah Oman Komarudin dan segenap masyarakat Desa Pasir Kamuning yang telah menyelesaikan pembangunan Balai desanya dengan baik, juga beliau mengingatkan kepada seluruh aparat Desa Pasir Kamuning agar meningkatkan pelayanan yang baik atau pelayanan Prima kepada masyarakat desanya. Dan kepada anak-anak yang disunat pada saat ini, beliau mendoakan agar anak-anak kelak menjadi anak yang baik, soleh, berbakti kepada orang tua, agama dan berguna bagi Nusa dan Bangsa. 
Bersama-sama meresmikan gedung Balai Desa Pasir Kamuning

Tidak lupa juga Bapak Lurah Oman Komarudin berterimakasih kepada seluruh warga desa Pasir Kamuning, Karang Taruna, serta panitia acara ini, yang telah mencurahkan segenap daya dan upaya agar acara ini berlangsung dengan baik sesuai rencana dan harapan tidak ada halangan satupun yang dapat mengganggu acara ini.
Berdo'a sebelum meresmikan gedung Balai Desa Pasir Kamuning

Terima kasih.

(Karawang 25 Desember 2016, terimakasih kepada Bapak Kunjang atas data dan foto-fotonya untuk melengkapi tulisan ini).

Minggu, 25 Desember 2016

Ayam Bakar paling enaaaaak di Kota Karawang(Karawang Street Food)

Ayam Bakar paling enaaaaak  di Kota Karawang
(Karawang Street Food)


Siap jual ke konsumen

Dari sekian banyak pedagang Ayam Bakar di Kota Karawang….., yang paling cocok dengan lidah saya ada di Ayam Bakar di depan kursus mengemudi Cepat Tepat Kota Karawang.
Juru Bakar Moris siap-siap bakar ayam



Warung ayam bakar ini dikelola oleh Bapak Badru Taman dan dibantu oleh juru bakar yaitu Bapak Ajat Sudrajat dan Moris.
Mulai Jam 4 sore bukanya

Warung ini tidak hanya menyediakan ayam bakar dari ayam kampung, juga berikut nasi dan sate jeroan yang bisa dimakan langsung ditempat.
Warung ini buka dari jam 4 sore sampai jam 10 malam, lokasinya persis di tengah Kota Karawang, didepan kursus mengemudi Cepat Tepat jalan Dewi Sartika Kota Karawang. 
Ayam Bakar sudah siap di jual.


Atau tempat ini lebih dikenal dengan “Gang Jukut” atau “Pasar rumput”, sejajar dengan tukang buah-buahan dan sejajar dengan warung “tangkar” khas Kota Karawang.Terima Kasih.


Karawang 25 Desember 2016.

Sabtu, 03 Desember 2016

Kongres Jeki Siang dan Jeki Malam Antara Kota Karawang – Tanah Datar Sumatera Barat

Kongres Jeki Siang dan Jeki Malam
Antara Kota Karawang – Tanah Datar Sumatera Barat



“Jek…, sekarang bagian ane yang ngajak ente pihnik” ajak Jeki Malam ke sohibnya Jeki Siang. “waaahhh kebetulan neh sudah bete, pengen menyegarkan pikiran neh…dah sumpek” jawab  Jeki Siang seperti orang banyak pikiran aja, padahal kita tahu mereka ini kerjaannya kongres alias kongkow ngga beres-beres di Pos Ronda ini.
Puri Malana Jalan \Muh.Yamin
“mao diajak kemana neh saya” Tanya Jeki Siang penasaran. “Kita mao ke Tanah Datar”, “ waah…dimana tuh Tanah Datar, perasaan saya baru denger nama Tanah Datar ???” Tanya Jeki Siang kembali, “Tanah Datar itu adanya di Sumatera Barat atau yang kita kenal mah Padang” jawab Jeki Malam dengan agak sombong. “ waaah… jauh amat kita kesana, pake apa kita kesana???” Tanya Jeki Siang.

Gang di dalam pasar bersih sekali
“Pake beca…, kalo ngga kita pinjem motor Pa RT Junot bentaran mah” jawab Jeki Malam seenaknya. “waah bakal seru neh kalo pake motor Pa RT Junot mah…., tapi kira-kira berapa kali ganti oli kita kesana he he he , terus kapan nyampenya kita kesana, kita kan tau kondisi motor Pa RT Junot, bentar-bentar mogok, ngebul sudah melebihi ambang batas yang ditetapkan Pemerintah he he he, bisa-bisa dikepung-kepung massa, disangka mao ngeracun mereka he he he” Jeki Siang bertanya-tanya sambil terkekeh-kekeh. “Hmm… kalo pake beca berapa kali ganti ban??? He he he, kayaknya 5 kali lebaran haji juga belon nyampe tuh he he he” tambah  Jeki Siang.
Ramai pembeli di Psr Batu Sangkar

“Kita ke sono pake pesawat terbang… tauuu” Jeki Malam jengkel ditertawakan terus sama Jeki Siang. “lagian ente  malah nimpalin…., mana ada ada orang ke Tanah Datar pake becaaaaa…., apalagi pake motor Pa RT Junot, itu nama nyiksa diri hua ha ha ha” jawab Jeki Malam sambil tertawa dan diikuti oleh Jeki Siang.“ Pokok nya ente kaga usah banyak Tanya, semua urusan ane, ente mah tinggal duduk manis aja, taunya nyampe ke Tanah Datar” kata Jeki Malam penuh percaya diri.” waah…sekarang mah sombong sudah pinter naek pesawat” gerentes hati Jeki Siang mengingat kejadian berangkat ke Tulang Bawang Lampung he he he.
Macam-macam sayuran yg dijual

Seperti biasa mereka berangkat dari Karawang ke Bandara Sukarno-Hatta memakai bis Damri yang khusus melayani rute Karawang ke Bandara Sukarno-Hatta bolak balik. “Jek… emang disana ada yang kenal ama kamu ??” Tanya Jeki Siang. “ngga ada” Jawab Jeki Malam pendek. “waahh.. terus gimana nanti kita disana, bakalan nyasar neh” Tanya Jeki Siang ada kekhawatiran bakalan nyasar, bukannya mau senang-senang di sana malah bikin repot.
los penjual ikan asin

“sebenarnya ada yang ane kenal, nama Bu yulia” kata Jeki Malam. “ waah..pasti cewek tuh…,” Tanya jeki Siang. “Pasti lah, emang kenapa ente seperti kaga percaya…??” jawab Jeki Malam. “Hmm…percaya ngga percaya neh he he he” timpal Jeki Siang setengah percaya dengan informasinya. “ Pasti ente ngga percaya kan??, ane punya temen cewek di Tanah Datar….Sumatera Barat “ Jeki Malam berkata.”Betul Jek.., ini menurut akal saya aja” jawab Jeki Siang. “Hm…ente mah…, akal mah suka akal-akalan mengajak kearah ketidak percayaan, coba sekali-kali pake hati neh he he he ” jawab Jeki Malam sambil menempelkan telunjuknya ke dadanya.
Banyal ragam yg dijual di Pasar ini

Tanpa terasa mobil bis Damri yang mereka tumpangi sudah memasuki Bandara Sukarno-Hatta. “ Terminal 3…, yang naek pesawat Garuda silahkan turun disini…,  jangan lupa barang bawaannnya” teriak kernet memberitahukan kepada semua penumpang. Singkat cerita mereka sudah terbang dengan pesawat Garuda menuju Padang. “ Jek kamu mao kemana???” Tanya Jeki Siang sambil matanya tetep melotot ke  tivi yang nempel di senderan bangku penumpang. “ kepo deh ente mah he he he” jawab Jeki Malam setengah ngeledek. “ ha ha ha sudah pinter kamu sekarang ya ha ha ha  “ Jeki Siang ngeledek kembali. “ ane mau ke kakus he he he “ jawab Jeki Malam sambil melangkah kakinya menuju toilet. Pemirsa budiman mungkin masih ingat keluguan Jeki Malam yang dikerjaian sama Jeki Siang, sewaktu mereka berangkat ke Tulang Bawang Lampung he he he.
Tempatnya bersih membuat betah pembeli

Tidak lama kemudian Jeki Malam datang dengan tergopoh-gopoh dan mimik muka yang pucat. “Jek ente kenapa ngga ngomong” Tanya Jeki Malam sambil duduk kembali ketempatnya. “waah..Ngga ngomong apa neh???” balik Tanya keheranan Jeki Siang. “he he he itu toiletnya, bisa nyedot sendiri suaranya keraaaas sekali, lebih keras dari suara toilet yang di hotel leman, ampe loncat ane he he he “ jawab Jeki Malam polos sekali, dan mereka tertawa dengan volume yang dikecilkan, karena menjaga sopan santun dipesawat, sepertinya tidak indah jika tertawa lepas semaunya.
Nyaman untuk dipandang

Tidak lama kemudian suara pilot pesawat Garuda memberitahu, bahwa pesawat akan mendarat di Bandara Minang Kabau Padang. Karena mereka berdua tidak membawa bagasi, mereka dengan Cepat sudah diluar  ruangan bandara. “ nah sekarang kita sudah sampai neh” Tanya Jeki Siang. “Tenang jek, semua urusan ane” jawab jeki Malam kalem sekali. Nampak jeki Malam bercakap dengan seseorang melalui henpunnya. “Baik bu, jadi saya minep di wisma Puri Malana, terimakasih”. “ Kita naik taxi ke Tanah Datar” ajak Jeki Malam. “kira-kira berapa jauh kesana???” Tanya Jeki Siang. Jeki Malam tidak langsung menjawab, malah mengeluarkan henpunnya. “ Bentaran Jek, kita lihat di google maps” jawab Jeki Malam. “Hmmm.. kira-kira 150 kiloan, atau kurang lebih 3 jam dari sini” tambah Jeki malam. “ waahh… jauh amaaaat” Jeki Siang kaget, tetep tidak bisa protes lebih lanjut karena posisinya yang di ajak bukan mengajak.
Pasar yang sangat bersih..pasar sehat

“Pa supir…., ke Wisma Puri Malana  ya ..Tanah Datar” Jeki Malam minta kepada supir taxi bandara untuk diantar langsung ke wisma Puri Malana. “ Siap pak, saya tahu tempatnya, hamper semua tamu dari luar daerah kalau datang ke Tanah Datar, suka menginap di Wisma Puri Malana “ kata supir taxi. “Waahh kita nginep di wisma???, kenapa emang disana ngga hotel???” Tanya Jeki Siang. “Belum ada, masih dalam proses pembangunan.., kira-kira sebulan atau 2 bulan lagi …, baru selesai” jawab supir taxi. “Udah Jek…, jangan banyak Tanya mendingan ente ambil gambar pemandangan sepanjang jalan ini” perintah Jeki Malam. “Baik…” langsung Jeki Siang mengeluarkan henpunya yang sangat ketinggalan jaman he he he.
Tampak Luar Pasar Batu Sangkar
Sepanjang jalan hanya Jeki Siang melek, Karena dapat perintah untuk mengambil gambar sepanjang perjalanan ke Tanah Datar. “sampe mana neh pa supir” Tanya Jeki Siang. “ Baru nyampe ke Padang Panjang” jawab supir taxi. “ Masih jauh???” Jeki Siang tanya lagi. “Kira-kira 1 jam lagi dari sini“ jawab supir taxi. “Waahh ..lumayan pegel juga neh“ keluh Jeki Siang.
Tampak belakang Istana Pagar Ruyung

“Alhamdulillah kita sudah sampai pak” seru supir taxi. “ Jek banguuuunn… sudah sampai neh” Jeki Siang membangunkan Jeki Malam yang tertidur pules. “Yah kurang jauh neh jarak Padang ke Tanah Datar” jawab Jeki Malam. “ Dasar tukang molor 150 kilo maseh dibilang kurang jauh” Jeki Siang ngedumel. “ cepetan bayar tuh taxinya”. Setelah membayar taxi, mereka masuk ke dalam menemui penjaga Wisma seorang ibu-ibu setengah baya, dengan pakaian sederhana tidak seperti resepsionis hotel “ Bu saya Jeki Malam.., dari Karawang saya mau nginep atas saran temen saya  Bu yulia” Jeki Malam memperkenalkan diri. “Oooo ya, barusan bu Bu yulia telepon…., saya sudah saya siap kamarnya, mari pak” ujar ibu penjaga wisma dengan ramah dan sopan.
Luar biasa indahnya

“Waah  jek, kirain wisma kayak apa…, ternyata ngga jauh beda ama hotel berbintang he he he “ujar Jeki Siang kegirangan karena jauh dari bayangannya menginap di wisma bukan di hotel. Sambil rebahan dikasur nampak jeki Malam sedang bercakap-cakap. “ Saya sudah di Wisma Bu,…baik….., baik” Jeki Malam manggut-manggut kepala. “Jek kamu ngomong ama Bu yulia???’ Tanya jeki Siang. “betul”. “Bu yulia itu siapanya kamu???” Tanya lagi jeki Siang. “ Ane juga ngga tau”, Waah…kamu ngga tau…, tapi kamu bisa kontak ama beliau???” jeki Siang Tanya kembali keheranan.
Komplit tinggal pilih cantik-cantik semua

“Beliau itu.., temennya si Reni ama si Ririn, ane dapet referensi dari mereka berdua”. “Waah jaman sudah canggih”, “sebodo lah itu mah urusan kamu, sekarang rencana kita mao kemana neh ???” Tanya Jeki Siang. “ Rencana sekarang kita tidur istirahat, besok kita jalan-jalan keliling Batu Sangkar, saran beliau kita mending naek ojek aja biar gampang, karena disini ngga ada taxi, seperti dikota besar Padang”. “ Waah Batu Sangkar baru denger tuh, ada dimana posisinya…, jauh ngga dari sini” Tanya Jeki Siang. “Hmm Jek, Batu sangkar itu ibu kotanya Kabupaten Tanah Datar, ya disini “ kata Jeki Malam sambil menunjuk jarinya ke tanah. “ Sudah ah , kita istirahat” kata Jeki Malam sambil menarik selimutnya karena cuacanya sangat dingin di banding dengan di Karawang yang tropis.
Sangat indah bangunannya

Pagi-pagi mereka sudah meninggalkan wisma menuju tempat wisata yang sudah direncanakan oleh Jeki Malam, memakai ojek “Waah..Jek…., kata kamu mao ketempat wisata…, ini mah pasar, nenek saya aja yang tua renta tau ini pasar” Jeki Siang keheranan tukang ojek berhenti di pasar Tradisonal Batu Sangkar. “ tempat wisata belon buka…, maseh pagiiii, mending ke sini kepasar Batu Sangkar ini, rame banyak orang”jawab Jeki sekenanya. “Iyaa, saya tau pasar itu rame…, banyak orang, kalo mao sepi mah kekuburan aja he he he“ kata Jeki Siang jengkel. “ Hmm dasar kelakuan…, ngga kemana-mana…, pasti ke pasar, emang ada apa di pasar seh” Tanya Jeki Siang menghilangkan kepenasarannya. “Jek…, kita berdua bukan orang pendidikan tinggi kayak orang-orang, kita mah kaga punya teori kayak para ahli.., tapi ane punya teori…, cukup datang ke pasar lihat pasar rame atao ngga , kita bisa ambil kesimpulan di daerah ini ekonominya berkembang atao tidak, kalo rame berarti ekonominya sedang berkembang , tapi kalo sepi ekonominya terpuruk kaga ada yang beli” jawab Jeki Malam yakin sekali. “Waah justru teori dari kamu yang gampang dipahami ama saya mah he he he” jawab Jeki siang. “he he he jelas aja, ente sama ane kan ngga sama-sama jebolan SD Impress he he he” tambah Jeki Malam. Pemirsa budiman bolehkan selevel Jeki Siang dan Jeki Malam punya teori sendiri, untuk menilai dan menterjemahkan pertumbuhan ekonomi yang berlangsung di tengah-tengah masyarakat..di negeri tercinta ini, he he he.
Ruang di dalam istana sangat cantik sekali

Sepertinya mereka berdua sangat asyik muter-muter dipasar ini. “ Kita betah disini, Tuh liat Jek pasar ini besar, banyak pengunjungnya,  rapih, dan bersih” Kata Jeki Malam sambil tangannya tunjuk sana tunjuk sini. Nampak dari samping kelihatan mata Jeki Siang larak-lirik seperti ada yang dicari. Jeki Malam sudah apal, dengan prilaku sohibnya ini. “Ayo Jek, kita makan, Cuma soory disini ngga ada restoran pavorit ente restoran Padang…he he he“ ajak Jeki Malam. “Waah ngga makan rendang neh, padahal sudah lama ngga makan rendang, kenapa disini ngga ada retoran Padang, padahal enak-enak makanannya” Tanya Jeki Siang. “tenang coy…, pasti ente makan rendang disini…, kalo kenapa ngga ada restoran Padang di Batu Sangkar ini, jangan Tanya ane…, Tanya aja ke orang Padang he he he “ jawab Jeki Malam sambil terkekeh mendengar keluhan sohibnnya. Tidak lama kemudian santapan lezat khas Padang sudah tersedia dihadapan mereka berdua, apalagi Jeki Siang melihat ada rendang, tanpa nunggu perintah dari Jeki Malam langsung menyantap nya lahap sekali, seperti orang yang sudah ngga makan berminggu-minggu…, saber….sapu bersih.
Bukit yg membentengi Istana 

“Betul-betul luar biasa enaknya neh rendang, rasanya sama enaknya dengan restoran Padang, ngga penasaran ngga makan di restoran Padang juga he he he” ujar Jeki Siang sambil mendelik kearah Jeki Malam. “Bukannya waktu sarapan di Puri Malana, kamu nambah 2 piring???”tanya jeki Malam. “betul Jek, sama enaknya, saya juga kaget kirain di Puri Malana pelayanan ngga kayak di hotel, ternyata sama persis sama, bahkan lebih enak di Puri di banding di hotel, tempatnya mirip dirumah sendiri he he he” jawab Jeki Siang polos.
Seperti di negeri dongeng


“Jangan molor” bentak Jeki Malam, tahu kebiasaan jelek Jeki Siang kalau sudah makan langsung ngantuk, mirip ular kadut (ular Sawah). “Sekarang sudah jam 10.00, sepertinya tempat wisata sudah buka “ kata Jeki Malam. “Kemana neh??? jangan lupa, katanya kalo kita ke Batu Sangkar, kita harus datang ke Istana Pagar Ruyung, kalo kita ngga kesana sama juga kita belon ke Batu Sangkar ini”. “Pasti itu mah, kan disini juga banyak wisata yang harus kita kunjungi seperti…,Batu Angkek-Angkek Sungayang, Nagari Pariangan desa terindah se dunia, pemandian air panas Padang Ganting, panorama Tabek Patah, panorama Puncak Pato, Danau Singkarak dan Pandai Sikek” jawab Jeki Malam sambil menuturkan satu-satu tempat tujuan mereka. 


Pose pengunjung di Jam Gadang

“Waah buanyak amat” jawab Jeki Siang sambil mulut terbuka lebar.
Keuntungan naik ojeg, dalam seharian mereka berdua ngubek-ngubek (berkeliling) tempat-tempat wisata yang disarankan oleh Bu yulia, bahkan ditambah ke Bukit Tinggi ke Jam Gadang yang sangat terkenal. Sore sudah balik ke Wisma Puri Malana. Nampak mereka kelelahan sekali, berikut tukang ojeknya he he he. Walaupun nampak dimuka mereka kelelahan, ada yang masih penasaran dibenak jeki Siang. “Jek sebetulnya ada yang mau ditanyakan dari tadi…”. “Apa jek”. “ Katanya ini Tanah Datar, sedari tadi kita naek motor jalannya turun naek melulu, bukit-bukit terus, dimana tanah datar nya???” Tanya Jeki Siang. “Hmmm… “ Jeki Malam seperti berpikir mencari jawaban yang pas, bukan Jeki Siang aja yang heran, diapun heran, tapi kita harus percaya…, bukan Jeki Malam kalau ngga pinter ngeles (beralasan) he he he. “ Danau Singkarak…, kan datar tuh dari ujung ke ujung keliatan he he he” jawab Jeki Malam. “Waaah” Langsung Jeki Siang menutup mukanya dengan bantal. Dan langsung hening tanpa ada yang ngobrol lagi.
Salah satu pemilik toko yang cantik


Pagi-pagi mereka sudah sarapan. Nampak Jeki Malam sedang berbicara melalui henpunya. “Terimakasih …, baik bu, terimakasih bu”. “Jek…,  Kita langsung pulang ane sudah pamitan ke Bu yulia, kita ngga perlu kesana ke kantornya, mereka sedang mempersiapkan acara kantor, mereka sedang sibuk” kata Jeki Malam.

Banyak pilihan yang cantik-cantik
Singkat cerita mereka berdua sudah sampai di Karawang. Pemirsa budiman, kita tidak perlu menceritakan apa terjadi di mobil dari tanah Datar ke bandara Minang Kabau Padang dan di dalam pesawat, karena mereka tertidur semua, dalam mobil bis Damri pun menuju Karawang pun mereka tertidur pulas.
Salah satu toko di Pandai Sikek


Setelah istirahat beberapa hari. Mereka berdua sudah Nampak kembali di Pos ronda untuk kongres mengevaluasi hasil perjalanan ke Batu Sangkar Kabupaten Tanah Datar. “Neh Jek “ kata Jeki Malam sambil  mengeluarkan catatan hasil perjalanan ke Tanah Datar. “Neh hasil foto-fotonya dari henpun ane neh” kata Jeki Malam sambil memperlihatkan foto-foto di henpunnya. Jeki siang tidak memberikan reaksi aktif, hanya nafasnya yang tersendat.  
Banyak pilihan toko di Pandai Sikek

“ Terus ente nyebut kata  “Waah” ada 17 kata waah, dengan rincian sebagai berikut di sini di Pos Ronda ini ada 4 kata waah, di bis damri ada 2 waah, di pesawat ada 1 waah, di Bandara Minang Kabau ada 1 waah, di mobil taxi ada 2 waah, di Wisma Puri Malana ada 3 waah, dan yang terakhir di Pasar Batu Sangkar ada 4 waah”. “Waah kamu sempet-sempetnya ngitung, sampe detil begini” kata Jeki Siang. “Apa maksudnya Si Jeki Malam ngajak saya jauh ke Tanah Datar, Cuma ngelaporin jumlah “waah” doang, apa ini yang disebut tojaiyah, disorientasi, atau atau Jaka Sembung bawa golok he he he???” hati Jeki Siang bertanya-tanya. “nah jadi nambah 1 , jadi 18 waah he he he “ kata jeki Malam sambil tertawa. “coba liat hasil foto dihenpun ente” tanya Jeki Malam. “neh” jawab Jeki Siang memberikan henpunnya. ”Ini henpun atao remot tivi he he he “ledek Jeki Malam. “mana fotonya” Jeki Malam mencari-cari di henpun Jeki siang sudah jadul, tidak ada gambar yang jelas semuanya hitam. “waah” teriak Jeki Malam kecewa. “ nah tambah 1 lagi jadi 19 waah he he he “tambah Jeki Siang sepertinya ngeledek. “ Karena ente gagal menjalankan perintah, terpaksa ente musti balik lagi ke Tanah Datar”. Perintah jeki Malam. Dan Jeki Siang berteriak “waaaaaaaaaaaaaaaaaaah”. Terimakasih.

(Karawang 3 Desember 2016, mudah-mudah tulisan ini ada hikmahnya buat kita semua, tidak lupa menyucapkan terima kasih kepada Bu Yulia dkk di Batu Sangkar Kab. Tanah Datar. Mohon maaf bila ada kesalahan) 

Kamis, 24 November 2016

Pembangunan Berlanjut Terus di Kota Karawang




Pembangunan Berlanjut Terus di Kota Karawang

Tradisonal dan modern bersatu
Menyambung opini saya yang terdahulu, tentang sawah terakhir di kampung Lubangsari Karawang Wetan. Tidak harus menunggu tahunan…, pembangunan gedung sekarang sudah nempel di kampung kami. Menurut infomasi yang kami terima, gedung ini dibangun di atas sawah teknis dengan status sawah bengkok ( sawah milik Pemerintahan Desa), sekarang sudah menjadi asset Pemda Karawang. Bangunan memiliki luas kurang lebih 2 - 3 hektar berikut 2 pembangunan jalan masuk ke gedung ini dan jalan masuk ke kampung kami kampung Lubang Sari.
Tempat air mampir

Jika sudah selesai bangunan ini, Entah untuk apa kegunaannya, untuk Kantor Dinas apa ??, bagi kami tidak perlu penting, yang penting bagi kami punya harapan terhadap pelayanan Pemerintah Daerah ke masyarakat lebih baik, harus berbanding sejajar antara biaya nyata yang milyaran rupiah dan biaya tidak nyata seperti sawah yang berubah fungsi dengan tingkat pelayanan ke masyarakat. Dengan kata lain biaya yang dikeluarkan tinggi, pelayanan kepada masyarakatpun harus tinggi (lebih baik/lebih prima) lagi di banding yang sudah-sudah.
Alat berat sedang meratakan jalan masuk ke Kmp. Lubangsari

Selama berlangsung pembangunan gedung, banyak manfaatnya bagi warga kampung Lubangsari, setidak-tidaknya ada warga Lubangsari yang bekerja di proyek ini, baik menjadi buruh proyek
Warung kecil yg dikelola warga Lubangsari

atau jadi satpam proyek, juga bisa menghidupi warung kecil yang menyediakan makanan untuk pegawai proyek, hingga mereka tidak perlu jauh-jauh untuk mencari makanan. Ada beberapa harapan yang tidak muluk-muluk dari penduduk kampung Lubangsari untuk menjadi pegawai di kantor itu, cukup menjadi Office Boy atau pekerja Cleaning service, karena mereka menyadari tingkat pendidikan dan keahlian mereka tidak tinggi.
Sawah subur berubah jadi jalan
Selain harapan, ada kekhawatiran terhadap pembangunan gedung ini, seperti pertama gedung ini berdiri di atas sawah, dulunya tempat air hujan yang mampir, limpasan/buangan air dari mana-mana seperti Kampung Guro III, sebelum masuk ke saluran pembuangan yang lebih besar lagi, karena hanya ada 2 saluran dengan kuluwung sempit yang memotong jalan masuk ke kampung Lubangsari.. Sekarang sudah berdiri gedung, tentunya sudah hukum alam air itu akan menyebar kemana-mana (banjir). 
Siang Malam proyek ini dikerjakan

Kedua Gedung ini jika sudah berfungsi 100%, tentunya membutuhkan air untuk berbagai macam keperluan, sedangkan air PAM belum ada di daerah ini. Tentunya gedung ini akan menggunakan air tanah (artesis), seperti masyarakat kampung Lubangsari pada umumnya. Ada kekhawatiran bila memasuki musim kemarau, akan berdampak pada kecukupan akan air tanah ini, tentunya masyarakat kampung Lubangsari lah yang kewalahan kekurangan air, karena umumnya mereka hanya menggunakan mesin sanyo standar/kecil, dibanding dengan gedung ini yang menggunakan sumur bor artesis.
Tapi saya yakin 1000% kekhawatiran ini akan dapat diminimalisir oleh para insinyur sipil yang dipunyai oleh Pemda Karawang, risiko sekecil apapun akibat dampak pembangunan ini dapat di terka sebelumnya dan sudah ada cara penyelesaian yang cepat dan tepat. 
Hamparan sawah ini tentunya akan menyusul juga

Kami menulis opini ini, tidak lain ingin bersumbangsih seperti orang lain terhadap maraknya pembangunan di Kota Karawang… kota tercinta ini. Kami yang dhoif ini tidak punya apa-apa untuk disumbangkan …, uang banyak tidak ada…., anak buah tidak punya, hanya ada ide dan pikiran kami, itupun jauh dari kebenaran mutlak. Mudah-mudahan tulisan opini ini dapat berguna bagi kita semua…amin. Terima kasih.
 
(Karawang, 24 Nopember 2016).