Senin, 19 Oktober 2020

Hilang di Culik Mayor Soeroto Koento di Karawang.

                                              

                                            Hilang di Culik Mayor Soeroto Koento di Karawang.



Hilangnya Mayor Soeroto Koento tanggal 27 Nopember 1946 hingga sekarang belum bisa dijawab secara pasti, karena jasadnya belum ditemukan apakah Mayor Soeroto Koento diculik dan dibunuh di suatu tempat rahasia dan siap pelakunya hingga sekarang masih misteri, dan pelakunya sangat luar biasa berani, karena Mayor Soeroto Koento pada waktu itu adalah orang penting di TRI (Tentara Republik Indonesia), beliau adalah komandan Resimen V Cikampek.

Hanya mobil dinasnya saja yang yang tertinggal kosong tanpa penumpang disekitar Desa Warung Bambu disamping rel kereta api (diantara Karawang – Klari), semua penumpangnya hilang, Mayor Soeroto Koento, Mayor Adel Sofyan (Kepala staf resimen V Cikampek), seorang pengawal dan sopir. Pada waktu itu Beliau akan pulang ke markas Resimen yang berkedudukan di Cikampek, setelah menghadiri rapat komando dengan para pemimpin laskar-laskar perjuangan yang berada di Karawang –Bekasi. Untuk mengenang perjuangan beliau dibuatkan tugu peringatan ditempat beliau hilang diculik.

Menurut buku “Sejarah Perjuangan Soeroto Koento Bersama Masyarakat Karawang “ terbitan Pemda Karawang Tahun 2006. Pada waktu itu (setelah Proklamasi) banyak bermunculan organisasi atau laskar-laskar perjuangan bersenjata untuk mempertahankan kemerdekaan. Dampak positifnya dengan banyaknya laskar-laskar perjuangan dengan senjata lengkap, menunjukan dukungan dari rakyat atas kemerdekaan Indonesia sangat besar dan dapat memberikan dorongan moril yang kuat untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa. Dampak Negatifnya banyak laskar-laskar perjuangan adalah tidak terkoordinir  dengan baik dalam mempertahankan kemerdekaan, banyak penyebabnya seperti para pemimpin laskar yang tidak jelas latar belakangnya, banyak bekas-bekas garong, pencopet, begal (preman untuk bahasa sekarang) yang jadi pemimpin laskar, yang penting punya anak buah yang banyak, punya senjata, bahkan punya atribut sendiri, bahkan pemimpin laskar banyak yang berkolaborasi dengan partai politik, bahkan lebih parah lagi banyak disusupi oleh intelejen Belanda. Mereka sangat berani untuk memilah-milah wilayah kekuasaan, bentrok antar laskar sudah biasa, bahkan bentrok dengan TRI tidak ada takutnya, tidak mau berkerja sama dengan TRI, suka pamer kekuataan (show power) yang berlebihan bahkan cenderung memprovokasi TRI dan laskar lainnya dan menakutkan masyarakat. Seolah-olah merekalah yang paling berjasa dalam perjuangan mempertahan kemerdekaan.

Untuk daerah priangan laskar-laskar perjuangan dapat diatur, dikoordinir dan disalurkan dengan baik, tidaklah dengan kondisi di Karawang dan sekitarnya. Sulit sekali untuk mengkoordinirnya, laskar-laskar yang sudah ada di Karawang ditambah dengan laskar-laskar pindahan dari Jakarta seperti Laskar Rakyar Djakarta Raya(LRDR), karena Jakarta jadi kota Diplomasi, jadi harus bebas,  aman,tenang tidak ada gangguan kontak senjata,tentara dan laskar harus keluar dari Jakarta.     

Hingga saat ini hanya sampai dugaan saja yang menculik Mayor Soeroto Koento adalah Laskar Rakyat Djakarta Raya (LRDR), salah dasar dugaan tersebut adalah markas mereka ada di desa Lamaran di bekas pabrik penggilingan beras ‘Lawat” di belakang pabrik tersebut banyak ditemukan tulang belulang manusia hasil eksekusi orang yang menghalangi dan tidak sejalan dengan perjuangan mereka.

Mudah-mudahan tulisan sederhana ini bermanfaat bagi kita semua, Terima kasih.

Ref; “Sejarah Perjuangan Soeroto Koento Bersama Masyarakat Karawang “ terbitan Dinas Penerangan Pariwisata dan Budaya Pemda Karawang Tahun 2006

Karawang, 19 Oktober 2020.

Jumat, 16 Oktober 2020

Pondasi Cakar Ayam Ternyata Inspirasi Dari Pohon Kelapa Bukan dari Ayam

 Pondasi Cakar Ayam Ternyata Inspirasi Dari Pohon Kelapa Bukan dari Ayam


Pondasi Cakar ayam temuan dari Prof.DR.Sedyatmo merupakan terobosan baru dibidang teknik bangunan diatas tanak lembek, rawa-rawa atau tanah yang tidak stabil. Dalam benak saya pondasi cakar ayam itu adalah bentuk rekayasa teknik bangunan dari kaki ayam atau ceker ayam. Ternyata setelah membaca buku “ Prof.DR.Sedyatmo Intuisi Mencetus Daya Cipta ” terbitan Teraju, baru paham... pondasi cakar ayam itu terilhami oleh pohon kelapa bukan dari cakar ayam.

Sejarahnya pada tahun 1962 Indonesia mendapat kehormatan untuk menyelenggarakan Asian Games ke IV. Presiden Sukarno memerintahkan untuk membangun kompleks olah raga, terbesar dan lengkap di kampung Senayan.

Untuk mendukung sarana dan prasarana kompleks olah raga tersebut perlu daya listrik yang besar padahal waktu itu Jakarta masih kekurangan listrik, maka dibangun pula secara berbarengan dengan pembangunan kompleks Senayan yaitu pembangunan pembangkit listrik tenaga uap di Tanjung priok yang di pimpinan oleh Prof.DR.Sedyatmo.

Dalam pelaksanaannya banyak kesulitan yang dihadapi oleh proyek pembangunan pembangkit tenaga listrik ini, seperti pembangunan tower listrik atau tiang listrik untuk menyalurkan listrik tegangan tinggi ke kompleks Senayan, hanya bisa terbangun 2 tower saja dari rencana 7 tower. Penyebabnya adalah tanah lembek/tanah rawa disekitar Jakarta pada waktu itu. 2 tower yang sudah dibangun menggunakan pondasi konvensional yaitu menggunakan tiang pancang/pasak bumi karena masih berada di tanah yang keras, sisanya 5 tower belum dibangun karena kondisi tanah yang tidak stabil, lembek berawa-rawa, tanah ini tidak cocok dengan pondasi konvensional.

Hal ini menjadi kendala bila diteruskan pembangunan tower menggunakan pondasi konvensional akan memerlukan waktu yang lama, padahal kebutuhan listrik untuk acara Asian Games tinggal 4 bulan. Karena selain tower yang dibangun, harus membangun jalan untuk alat-alat berat ke lokasi tower, karena pada waktu itu belum ada jalan yang memadai, kondisinya masih tanah kosong berawa-rawa.

Pada hari minggu tanggal 29 April 1962 beliau mengajak anak-anaknya piknik ke Pantai Cilincing Jakarta Utara. Disini beliau mendapat ilham/inspirasi dari pohon kelapa yang masih banyak disekitar pantai tersebut. Beliau mengamati dengan seksama...pohon kelapa itu tidak mempunyai akar tunjang pohon kelapa mempunyai akar serabut dan hanya menembus lapisan tanah atas tidak sampai ke dalam tanah, tetapi sangat kuat menahan beban yang besar, walaupun tiap hari diterpa angin laut yang cukup kencang.

Setelah itu beliau mencari persamaan antar pohon kelapa dengan tower listrik yang akan dibangunnya...., kemudian ditarik kesimpulan dan dilakukan percobaan di daerah Angke, dan mendapat keyakinan bahwa pondasi yang mirip akar kelapa cocok untuk membangun tower listrik di atas tanah lembek atau berawa-rawa.

Temuan ini mendapat benyak sambutan negatif yang meragukan kekuatannya, tetapi beliau berkeyakinan dengan mantap bahwa pondasi ini bisa tahan lama puluhan tahun, bahkan ratusan tahun.  

Untuk penamaan pondasi ini banyak masukan seperti “fondasi berakar banyak”, fondasi akar serabut”, fondasi akar kelapa” dan fondasi nyiur melambai”., Tetapi beliau teringat dengan mesin giling jalan ada komponennya yang dinamakan “Sheep Foot Rol atau rol kaki kambing. (menurut di buku “entah mengapa beliau menyebut kaki ayam”) dan ada keinginan untuk memakai kata-kata ini untuk nama pondasi temuannya.

Beliau ini orang Jawa, tidak lazim untuk menyebut kaki ayam tetapi menyebutnya ‘cakar/ceker ayam” dan memang pondasi temuannya ini mirip dengan cakar/ceker ayam.

Tanggal 29 April 1962 ditetapkan oleh beliau tanggal kelahiran pondasi cakar/ceker ayam di Cilincing Jakarta Utara. Terima Kasih.

Mudah-mudahan tulisan sederhana ini bermanfaat bagi kita semua.

Karawang 16 Oktober 2020.

Ref: “ Prof.DR.Sedyatmo Intuisi Mencetus Daya Cipta ” terbitan Teraju.