Rabu, 25 November 2015

WADUK CIAWI BOGOR

WADUK CIAWI
Berbagai cara sudah dan sedang dilakukan Pemerintah untuk menanggulangi banjir yang melanda Kota Jakarta, seperti normalisasi aliran sungai Ciliwung dengan membongkar bangunan liar, melebarkan sungai dan langsung diturap beton bantaran kali dengan harapan aliran sungai dapat lancar menuju muara.


Upaya yang masih dalam perencanaan adalah membuat waduk di Ciawi Bogor, tepatnya di Kecamatan Mega Mendung, menurut rencana akan dibangun 2 waduk, waduk Sukamahi dan waduk Ciawi, luas waduk Ciawi sebesar 119 hektare, dengan daya tampung air sebanyak 6,45 juta meter kubik dan waduk Sukamahi sebesar 42 hektare dengan daya tampung air sebesar 1,68 juta meter kubik.

Saya selaku warga negara tercinta ini, dan saya bukan Insinyur Sipil yang tidak paham itung itungan membuat bangunan, apalagi untuk menghitung bangunan waduk atau dam. Tapi saya mempunyai itung itungan kekhawatir terhadap rencana ini, karena waduk ini akan dibangun di hulu sungai Ciliwung yang bermuara di Ibu Kota.

Yang saya tahu, penjajah Belanda pada waktu itu, untuk merencanakan penanggulangan banjir di Jakarta hanya membuat kanal barat dan kanal timur, rencana membangun waduk di hulu sungai Ciliwung tidak ada perencanaan kesana, mungkin penjajah Belanda ini memperhitungkan resiko jebolnya waduk yang dapat menghancurkan dengan hebat bangunan, jembatan atau lainnya yang ada di sepanjang alur sungai Ciliwung menuju Jakarta, karena sungai Ciliwung bermuara disana.

Untuk itu saya menyarankan kepada Pemerintah untuk belajar kepada kejadian yang pernah terjadi seperti :

  1.                                                                                                                                                                                                                                                         
 1. Situ Gintung, dengan luas awal 31 hektare dapat menampung air sebanyak 2,1 juta meter kubik, kejadian jebol tanggul waduk tanggal 27 Maret 2009, korban  jiwa tidak kurang dari 99  orang, 100 orang hilang, 300-400  bangunan hancur, kerugian material puluhan hingga ratusan  Milyaran Rupiah.
 2. Bendungan Vajont Italia, berada di ketinggian 261 meter di atas permukaan laut, pada tanggal 10 Oktober 1963 terjadi longsor di sekitar bendungan, mengakibatkan air  meluber melewati struktur bendungan sebanyak kurang lebih 30 juta meter kubik, meluncur dengan hebat ke lembah di bawahnya, Anda bisa bayangan 30 juta meter kubik dengan kecepatan 110 kilometer per jam..., akibatnya banyak desa yang hilang dari peta, korban manusia sebanyak 2000 orang meninggal dunia.
                                           Desa Langarone sebelum kejadian air bah melanda

                Desa Langarone setelah kejadian air bah.  (Gambar dari : versesofuniverse.blogspotcom)

3. Bendungan Stava Italia, bendungan ini jebol pada Juli 1985, memuntah isinya ke lembah Stava dan Tesero, kedua desa hancur lembur oleh terjangan isi dari bendungan Stava yang berada  diatasnya, dengan kecepatan 45 kilometer perjam, lebar 45 meter dan tinggi 30 meter, bisa Anda bayangkan kekuatan alam sehebat ini..., apapun yang menghalanginya akan hancur seperti rumah, gedung, jembatan dan pepohonan, korban jiwa lebih dari 200 orang.


           Desa Tesero sebelum dan sesudah kejadian (Gambar dari : www.nat-hazards-earth-syst-sci.net)

 Gambaran kejadian yang memilukan seperti di atas, bukan
untuk menakut nakuti, agar tidak jadi dibangun waduk, tapi
untuk mengantisipasi resiko yang timbul sebelum menjadi
masalah yang lebih rumit, yang penyelesaiannya membutuhkan
waktu , tenaga dan biaya yang tidak sedikit.

Salah satu penanggulangan banjir di Jakarta adalah dengan memecah atau mengalihkan sedikit ke sungai lainnya yang berada di samping kiri dan kanan sungai Ciliwung, seperti Sungai Cisadane yang bermuara di Tangerang, Sungai Ciujung bermuara di Serang Banten, Sungai Kali Bekasi yang bermuara di Bekasi dan Sungai Citarum yang bermuara di Karawang Utara, hingga mencapai muara di Jakarta volume air sungai Ciliwung sudah berkurang. Apalagi seandainya sodetan Kampung Melayu
sudah rampung 100%.

Dengan cara membuat bendungan kecil setinggi 1-1.5 meter
pada tiap tiap 10 kilometer, kemudian dibuatkan aliran
pengalihan dikiri kanan sungai menuju sungai , baik terbuka
(kanal kecil) atau tertutup (pipa) seperti pada gambar ilustrasi
di bawah ini :


Selain daripada itu, penanggulangan banjir di Jakarta yaitu
dengan moratorium pembangunan di hulu sungai Ciliwung,
apapun bentuknya, ini mungkin sudah klasik diutarakan, tapi
hingga kini masih terus berjalan demi meningkatkan
perekonomian, padahal meningkatnya perekonomian selalu
diikuti oleh kerusakan ekosistem.
Bila Ekosistem ini tidak dijaga dengan baik, salah satu
akibatnya banjir besar pada musim penghujan dan kekurangan
air pada musim kemarau, karena ekosistemnya sudah tidak
berfungsi sebagaimana mestinya, seperti gunung dan hutannya
merupakan tempat cadangan air, hingga mengalir terus
walaupun pada musim kemarau. Ada pepatah orang kita dahulu
“Gunung Hejo, leuweung hejo rakyat ngejo” secara harfiah
dapat diartikan masyarakat tidak akan kekurangan pangan
selama gunung dan hutannya asri, karena masih menghasilkan
air yang tidak pernah kering, untuk memberi huriping hirup
kepada masyarakat. Terma kasih.


Jakarta, 25 Nopember 2015.






Sabtu, 21 November 2015

CHANGCUT KUDA


CHANGCUT KUDA

Cangcut adalah bahasa  daerah Jawa Barat atau bahasa Sunda, bila diartikan dalam bahasa Indonesia cangcut adalah           ” Celana Dalam”.
Pada awal saya tidak mengerti, bahkan tidak percaya dengan Kuda yang memakai cangcut, ternyata benar saya melihatnya…., sungguh luar biasa.....,  alasannya sederhana untuk menjaga kebersihan  agar lingkungan, khususnya dari kotoran yang berceceran di jalan umum, dapat mengganggu keindahan dan kenyamanan lingkungan khususnya bagi tempat wisata seperti di Kota Bunga Cipanas Cianjur, maka dibuatkanlah "Changcut Kuda" model seperti ini.


Ntah…ini ide siapa untuk memberikan cangcut kepada kuda, saya pun tidak tahu, Pemirsa budiman jangan tanya saya..., tanyakan saja kepada rumput yang bergoyang atau kepada kuda itu sendiri...he he he ..., terlepas daripada itu, hasilnya sangat luar biasa bagi keindahan dan kenyamanan pengunjung, seandainya hal ini dijadikan peraturan yang wajib ditaati, tentunya akan menjadi bisnis baru bagi produsen untuk memproduksi “Cangcut Kuda”, barangkali diantara para pembaca budiman ada yang tertarik dengan bisnis Cangcut Kuda ini, peluangnya masih terbuka lebar, tidak ada saingan, maju sendiriaaannnn....................



Mikro Hydro Peluang Terabaikan


Mikro Hydro Peluang Terabaikan


Menurut pandangan saya selaku warga negeri tercinta ini, bahwa Tuhan YME berpihak kepada kita, banyak sumber daya alam yang ada di negeri kita, yang dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat, tapi juga banyak yang kita abaikan, seolah olah tidak ada manfaatnya sekecil apapun bagi rakyat banyak.


Seperti pada gambar diatas, air di negeri kita ini sangat melimpah, karena banyaknya  gunung gunung dan hutannya.  Air mengalir terus tanpa ada halangan musim kemarau…, sayangnya air yang mengalir dari gunung belum seluruhnya dimanfaatkan menjadi tenaga listri yang lebih dikenal dengan “Mikro Hydro”.


Padahal potensi ini, bila dimanfaatkan oleh warga sekitar gunung… insya Allah akan memberikan manfaat yang luar biasa, dibanding mereka keluar dari desa untuk mencari pekerjaan di kota besar, atau bahkan keluar negeri menjadi TKW  atau TKI.


Ada pepatah dari leluhur kita “Gunung Hejo, leuweung Hejo Rakyat Ngejo” arti gunung dan hutan hijau (tidak gundul) rakyat bakal makmur, karena hutan dan gunung yang asri dapat memberikan manfaat luar biasa kepada masayarakat sekitar, seperti air yang melimpah ruah untuk pertanian, perkebunan, empang dan Mikro Hydro.


Tapi pepatah itu sudah tidak ampuh, bahkan mendekati kepunahan, tidak dikenal oleh kita semua sekarang, akibatnya bila musim kemarau tiba , banyak daerah gunung dan hutan yang kekurangan air, yang seharusnya tidak terjadi, bahkan ini berulang ulang seolah olah tidak ada rumusnya untuk menghadapi ini.






Minggu, 15 November 2015

UFO ....?? Atau...........


Menurut Anda…., foto di atas ini…, ada yang aneh ngga???, 

fotonya asli , apa ngga…??, cahaya putih menurut Anda UFO…, 

atau bukan…???, foto di atas… saya ambil memakai Asus Zenfone 

2 pada hari Jumat, tanggal 13 Nopember 2015, jam 17.30, keadaan 

cuaca sangat gelap akan turun hujan, lokasi di atas Patung Pa Tani 

Menteng Jakarta Pusat.

MARTABAK TELOR KOTA KARAWANG (Karawang Street Food)

Martabak Telor Putra Sunda
(Karawang Street Food)
       Martabak Telor merupakan salah satu makanan yang paling saya sukai, sejak kecil martabak telor ini, hingga kini makanan ini saya anggap makanan istimewa, padahal meracik makanan ini termasuk cukup sederhana, terbuat dari telor bebek, bawang daun dan daging 


cincang yang telah diramu dengan bumbu bumbu yang mudah didapat dipasar dan dibungkus oleh terigu yang dipipihkan sedemikian rupa, hingga dapat membungkus racikan tersebut, mungkin memipihkan terigu ini yang perlu latihan cukup lama, tidak bisa oleh orang sembarangan.

      Dari sekian banyak pedagang Martabak Telor yang mangkal didepan (bekas) bioskop Seroja yang sekarang berganti menjadi tempat kebugaran (fitness). Martabak telor bikinan “Martabak Telor Putra Sunda” dengan kokinya Mang Janna , selalu menjadi pilihan saya jika membeli martabak telor, karena menurut lidah saya.., berbeda dengan yang lain, saya bisa membedakan Martabak telor buatan Mang Janna atau bukan.


      Tempatnya mudah dijangkau, strategis, parkiran sangat luas, juga banyak makanan lain selain Martabak Telor, buah buahan pun tersedia disekitar tempat ini, dan harganya cukup terjangkau.