Kamis, 24 November 2016

Pembangunan Berlanjut Terus di Kota Karawang




Pembangunan Berlanjut Terus di Kota Karawang

Tradisonal dan modern bersatu
Menyambung opini saya yang terdahulu, tentang sawah terakhir di kampung Lubangsari Karawang Wetan. Tidak harus menunggu tahunan…, pembangunan gedung sekarang sudah nempel di kampung kami. Menurut infomasi yang kami terima, gedung ini dibangun di atas sawah teknis dengan status sawah bengkok ( sawah milik Pemerintahan Desa), sekarang sudah menjadi asset Pemda Karawang. Bangunan memiliki luas kurang lebih 2 - 3 hektar berikut 2 pembangunan jalan masuk ke gedung ini dan jalan masuk ke kampung kami kampung Lubang Sari.
Tempat air mampir

Jika sudah selesai bangunan ini, Entah untuk apa kegunaannya, untuk Kantor Dinas apa ??, bagi kami tidak perlu penting, yang penting bagi kami punya harapan terhadap pelayanan Pemerintah Daerah ke masyarakat lebih baik, harus berbanding sejajar antara biaya nyata yang milyaran rupiah dan biaya tidak nyata seperti sawah yang berubah fungsi dengan tingkat pelayanan ke masyarakat. Dengan kata lain biaya yang dikeluarkan tinggi, pelayanan kepada masyarakatpun harus tinggi (lebih baik/lebih prima) lagi di banding yang sudah-sudah.
Alat berat sedang meratakan jalan masuk ke Kmp. Lubangsari

Selama berlangsung pembangunan gedung, banyak manfaatnya bagi warga kampung Lubangsari, setidak-tidaknya ada warga Lubangsari yang bekerja di proyek ini, baik menjadi buruh proyek
Warung kecil yg dikelola warga Lubangsari

atau jadi satpam proyek, juga bisa menghidupi warung kecil yang menyediakan makanan untuk pegawai proyek, hingga mereka tidak perlu jauh-jauh untuk mencari makanan. Ada beberapa harapan yang tidak muluk-muluk dari penduduk kampung Lubangsari untuk menjadi pegawai di kantor itu, cukup menjadi Office Boy atau pekerja Cleaning service, karena mereka menyadari tingkat pendidikan dan keahlian mereka tidak tinggi.
Sawah subur berubah jadi jalan
Selain harapan, ada kekhawatiran terhadap pembangunan gedung ini, seperti pertama gedung ini berdiri di atas sawah, dulunya tempat air hujan yang mampir, limpasan/buangan air dari mana-mana seperti Kampung Guro III, sebelum masuk ke saluran pembuangan yang lebih besar lagi, karena hanya ada 2 saluran dengan kuluwung sempit yang memotong jalan masuk ke kampung Lubangsari.. Sekarang sudah berdiri gedung, tentunya sudah hukum alam air itu akan menyebar kemana-mana (banjir). 
Siang Malam proyek ini dikerjakan

Kedua Gedung ini jika sudah berfungsi 100%, tentunya membutuhkan air untuk berbagai macam keperluan, sedangkan air PAM belum ada di daerah ini. Tentunya gedung ini akan menggunakan air tanah (artesis), seperti masyarakat kampung Lubangsari pada umumnya. Ada kekhawatiran bila memasuki musim kemarau, akan berdampak pada kecukupan akan air tanah ini, tentunya masyarakat kampung Lubangsari lah yang kewalahan kekurangan air, karena umumnya mereka hanya menggunakan mesin sanyo standar/kecil, dibanding dengan gedung ini yang menggunakan sumur bor artesis.
Tapi saya yakin 1000% kekhawatiran ini akan dapat diminimalisir oleh para insinyur sipil yang dipunyai oleh Pemda Karawang, risiko sekecil apapun akibat dampak pembangunan ini dapat di terka sebelumnya dan sudah ada cara penyelesaian yang cepat dan tepat. 
Hamparan sawah ini tentunya akan menyusul juga

Kami menulis opini ini, tidak lain ingin bersumbangsih seperti orang lain terhadap maraknya pembangunan di Kota Karawang… kota tercinta ini. Kami yang dhoif ini tidak punya apa-apa untuk disumbangkan …, uang banyak tidak ada…., anak buah tidak punya, hanya ada ide dan pikiran kami, itupun jauh dari kebenaran mutlak. Mudah-mudahan tulisan opini ini dapat berguna bagi kita semua…amin. Terima kasih.
 
(Karawang, 24 Nopember 2016).

Senin, 21 November 2016

Banjir Kecil di Sudut Kota Karawang Akibat Dari Prilaku Yang Tidak Bijak



Banjir Kecil di Sudut Kota Karawang Akibat Dari Prilaku Yang Tidak Bijak

Banjir Di Belakang Pemda Karawang

Memasuki musim hujan, sangat terlihat banyak yang harus dibenahi oleh semua pihak, baik oleh Pemerintah setempat , maupun oleh masyarakat itu sendiri. Terutama saluran pembuangan atau drainase, banyak yang tidak terurus dengan baik, banyak sampah menyumbat saluran, maupun kondisi saluran itu sendiri yang perlu diperbaiki, akibatnya air mengalir bukan pada tempatnya dan berujung banjir.
Banjir di Belakang Pemda Karawang
Walaupun banjir itu tidak meluas hanya menggenang sewilayah itu, tetap tidak elok dilihat, apalagi kejadiannya tiap hujan turun banjir lagi banjir lagi, seperti Nampak di daerah (belakang) GOR Panatayudha atau di sekitar Kantor Kelurahan Nagasari Karawang Kota, setiap turun hujan selalu banjir. Dan dibelakang kantor Pemerintah Daerah Karawang dan kantor Kodim Karawang.
Penyebabnya klasik saluran pembuangan yang sudah tidak mumpuni, harus segera di perbaiki. Masalah ini bukan hanya terjadi di Kota Karawang saja, tetapi hamper di semua perkotaan di negeri tercinta ini. Sayang sekali pembenahan hanya parsial, tidak menyeluruh, karena masalah saluran pembuangan ini, sangat terkait dengan perencanaan pembangunan Kota khususnya Kota Karawang. 



Kita akui, bahwa kebiasaan kita menilai keberadaan saluran pembuangan ini, cenderung mengabaikan, bahkan menganggap tidak penting untuk dilakukan pembenahan. Sekalipun dilakukan pembenahan…, pemeliharaan dan pencegahannyapun tidak dilakukan secara terus menerus. 
Banjir di Belakang Pemda Karawang

Peran partisipasi positif dari masyarakat itu sendiri sangat dibutuhkan sekali, jangan menyerahkan sepenuhnya kepada Pemerintah Daerah. Seperti jangan membuang sampah sembarangan, memelihara kebersihan saluran tanpa harus di keprak-keprak oleh Aparatur Pemerintah, karena yang merasakan langsung dampaknya adalah masyarakat itu sendiri.
Pertigaan Pemda dan Stadion Singaperbangsa
Motor menorobos banjir di pertigaan Taman Kel. Nagasari
Menurut pengamatan saya yang dhoif ini, ada kecenderungan prilaku kita sendiri yang tidak bijak, tanpa sadar menolak air hujan secara menyeluruh, padahal hakekatnya air hujan itu berkah dari Alloh SWT untuk makhluknya, dan selalu ditunggu-tunggu. Kenyataannya kita bersama-sama membuang semua tumpahan air hujan ke saluran pembuangan, yaitu dengan memplester semua halaman di depan rumah kita. Daya tampung saluran pembuangan kecil, tidak bisa menampung semua, meluber kemana-mana akibatnya bisa kita tebak….banjir.  
Petigaan Taman Kelurahan Nagasari

Solusinya adalah masyarakat dihimbau untuk membuat biopori dan sumur resapan, untuk menampung sebagian kecil air hujan sebelum di buang ke saluran pembuangan. Dan Pemerintah Daerah pun memberikan contoh dengan membuat biopori dan sumur resapan di seluruh Kantor Pemerintahan Daerah.

Keuntungannya pembuatan biopori dan sumur resapan adalah mengurangi debit air pada saluran pembuangan, dan yang paling penting adalah adanya asupan kembali air ke dalam tanah, untuk mengisi kembali cadangan air tanah yang kita sedot terus tiap hari tanpa henti. Bila ini dilakukan berarti kita telah berbuat seimbang tidak curang perlakuan terhadap tanah kita yang kita pijak, satu sisi kita menyedot air tanahnya, di satu sisi kita mengisi kembali air ke dalam tanah. Dan kita tidak akan kekurangan air tanah pada musin kemarau.
Angkot mogok kena banjir di pertigaan Taman Kel. Nagasari

Untuk pembuatan biopori dan sumur resapan ini, tidak sulit…, mudah dengan  biaya sangat murah sekali,  dan tidak perlu Insinyur sipil yang cum laude. Kita cukup melubangi tanah sedalam 0.5 – 1.0 meter, lebar kurang lebih 10 - 20 cm, dan menutup kembali dengan dedaunan kering. Dan untuk pembuatan sumur resapan, kita harus menggali tanah dengan lebar kurang lebih 1 meter, kedalaman kurang lebih 1 – 2 meter, dan menutup kembali dengan barangkal atau batu split sampai sejajar dengan permukaan tanah, jangan menutup dengan tanah, sebab tanah itu bersifat rapat tanpa ada pori-pori. Untuk ini saya akui ada biayanya karena kita harus membuat dinding sumur yang kuat dari bata merah agar tahan lama. Terima Kasih.


(Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Karawang 21 Nopember 2016).

Kamis, 17 November 2016

Kongres Jeki Siang dan Jeki Malam Tentang Sungai Citarum Di Kota Karawang Harus Di Rebonding.



Kongres Jeki Siang dan Jeki Malam
Tentang Sungai Citarum Di Kota Karawang Harus Di Rebonding.






Seperti biasa Jeki Siang dan Jeki Malam nongkrong di rumah kedua mereka yatu Pos Ronda. Sepertinya mereka sedang serius membicarakan kejadian yang masih hangat yaitu masalah banjir di Karawang dan sekitarnya. Nampak mereka seperti sudah ahli dalam masalah banjir, padahal mereka tahu masalah itu dari katanya katanya he he he.
foto udara di Bintang alam (den Kumis)

“Aneh Jek…, di Karawang sekarang sering terdengar banjir, padahal dulu jarang terdengar banjir, sekalipun ada banjir ngga seheboh sekarang, segala masuk tivi lah. Dulu mah gili-gili atau tanggul jebol baru heboh, baru bisa masuk tivi, bahkan kita seneng kalo ada yang banjir, kita bisa mancing gratis, ngejala, nyair, sekarang mah boro-boro model kita dulu” Jeki Malam membuka pertanyaan dalam kongres kali ini he he he. “Jangan heran Jek…, sekarang Karawang penduduknya bertambah, mereka menempati daerah yang memang sejak dulu, sebelum ditempati oleh mereka, daerah banjir, kenapa kita dulu senang kalo ada yang banjir, karena yang banjir tanah kosong atau pesawahan, sekarang mah berubah jadi hunian orang, kalo kita bawa pancingan ketempat mereka, atau bawa jala, bisa-bisa kita dimarahin ama mereka, terus tivi sekarang mah banyak tivi swasta, emang dulu tivi Cuma satu .., TVRI doang” Jawab Jeki Siang.
foto udara Perumnas (den Kumis)

“Kasihan juga ya…, mereka hidupnya dibayang-bayangin ama banjir, karena kejadiannya hamper tiap tahun, asal masuk ke musim penghujan pasti pikiran mereka kapan banjir datang???, ngungsi ke mana???, angkat-angkat barang lagi…., biaya untuk beli perabot baru lagi,  macem-macem dah pikiran mereka, emang waktu beli rumah disitu ngga nanya bakal banjir ngga neh tempat, berapa jauh ke sungai atau solokan (got besar)” tanya Jeki Malam mencoba menerka yang ada dalam pikiran mereka yang sering kena banjir ini. “Yahh gimana lagi, merekapun menerima keadaan, ini risiko hidup berdampingan dengan sungai, keluhanpun tidak terdengar, mungkin untuk apa mengeluh, disampaikan ke mana??? ke siapa???,  ngga bakalan menyelesaikan masalahnya, bisa-bisa nambah masalah he he he” Jawab Jeki Siang terkekeh. “Lagi pula mereka pendatang, mana tahu di belakang rumah mereka ada sungai atau solokan, yang bisa bikin banjir…, yang penting ada rumah…, deket ama pekerjaan, nyicil lagi” tambah Jeki Siang. 
foto udara karawang indah (den Kumis)

“Jek…, sebelum dibangun perumahan, tentunya disurvey dulu, pengembang juga kan, punya insinyur, untuk ngitung-ngitung model rumah, juga pasti ngitung masalah banjir, setelah beres semua …, barulah mereka minta izin ke Pemda setempat…., tentunya Pemda punya perhitungan ama daerah yang akan dibangun perumahan, jangan sampai menyusahkan masyarakat nantinya” Tanya Jeki Malam sambil sedikit menjabarkan proses sebelum pembangunan dijalankan sesuai dengan pengetahuannya. “Maksud kamu, daerah itu daerah banjir dari dulunya, tapi diizinin aja…, gitu???” Jeki Siang balik Tanya Jeki Malam, “iya Jek” Jawab Jeki Malam Pendek, “wah itu mah salah alamat Jek, jangan ama saya atuh, ke mereka yang memberi izin he he he  , sori ngga bisa jawab neh“ jawab Jeki Siang sambil tertawa kecil.
foto udara jembatan Jenebin menghubungkan Kota Karawang dengan Tol

“Kalo begitu…menurut penerawangan ente…apa yang jadi penyebab utama banjir ini” Tanya Jeki Malam, “Hmmm..menurut saya, penyebab utama banjir adalah…..aer…., he he he” Jawab Jeki Siang sambil terkekeh melihat roman muka Jeki Malam yang jengkel, “yaaah kalo itu jawabannya, anak-anak PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) juga bisa, kaga perlu ente yang jawab tauuuuu….”timpal Jeki Malam jengkel sekali. “serius dikit….biar pemirsa budiman seneng bacanya he he he” Jeki Malam meminta sohibnya untuk serius menjawabnya (eh..emang ada mau baca neh tulisan he he he ).
foto udara blok U (den kumis)
“Jek…., menurut mereka yang suka ngomong di tivi, katanya penyebab banjir khususnya di Jawa Barat seperti Bandung, Karawang dan sekitarnya, adalah curah hujan yang ekstrim mengakibatkan sungai citarum yang lewatin ke dua kota ini luber, tumpah kemana-mana” jawab Jeki Siang mengutip jawaban dari orang diwawancarai oleh reporter TVRI dan tivi swasta. “Perasaan jawaban “cuaca ektrem” itu mah, sudah sering disebut-sebut penyebab dari semua bencana banjir, longsor, kemarau, kapal karam,……, kayak ngga ada alasan laen deh, emangnya kita hidup di jaman Nabi Nuh???” kata Jeki Malam, “ jangan melotot dong…, saya meneketehe.., itukan jawaban mereka di tivi, itu bukan jawaban saya” jawab Jeki Siang jengkel karena mata Jeki Malam melotot.”Ooo  maaf maaaf, ane mulai semangat, hamper lupa daratan neh he he he” Jeki Malam cepat cepat minta maaf ke sohibnya. Dan Nampak keduanya melanjutkan kembali kongres ini, seperti tidak terjadi apa-apa. Kata para ahli memaafkan adalah perbuatan kecil, sepele tapi sangat berat sekali dilakukan.
luapan sungai citarum nampak luar biasa (den kumis)

Nah pemirsa budiman, kongres sudah mulai panas neh, tapi jangan khawatir pemirsa budiman, saya yakin mereka berdua walapun pendidikan dan pengetahuan mereka terbatas, saya yakin mereka tahu banyak cara bergaul yang elegan, tidak dengan mudah terpancing emosi. Mereka bisa memperlihatkan cara berpikir dan bertindak orang dewasa, seperti tidak memperlihatkan pemaksaan kehendak, mau mengalah untuk kebersamaan. Dijamin tidak saling lapor seperti di tivi-tivi he he he.
luapan Citarum luar biasa (den kumis)

“Jek…, menurut ane yang bodoh ini, cuaca itu dari Tuhan YME, kalo kondisi sekarang ini akibat cuaca ektrim, mereka secara tidak langsung telah menyalahkan Tuhan  dong?????’ Tanya Jeki Malam ke sohibnya. “ Ane kaga yakin Tuhan akan mencelakakan makhluknya dengan mengirim cuaca ektrim” sela Jeki Malam sebelum dijawab oleh Jeki Siang. “ Betul sependapat Jek, bahkan Tuhan itu Rahman rohim….. Maha Pengasih dan Penyayang kepada makhluknya” kata Jeki Siang. “Iya…, tapi kenapa jadi begini kondisinya bencana dengan gampang menimpa kita…, banjir, longsor, …pasti ada yang salah urus disini….siapa???” Tanya Jeki Malam penasaran. “Betul Jek sependapat, yang salah adalah kita semua…he he he, bukan si a atao si b, kita semua salah” jawab Jeki Siang. “ Ente inget kata Pa ustad Ocim Jekrem, bahwa kerusakan di darat dan di laut, karena tangan manusia, inget ngga ???” Tanya Jeki Malam, “betul Jek… inget, tapi gimana caranya aer hujan bisa bikin banjir dan longsor” jawab Jeki Siang sambil balik bertanya. “ Syareatnya hujan turun, atao siklus hujan kaga berubah sejak jaman Nabi Adam AS hingga sekarang, yang berubah mah alam penyangganya seperti gunung dan hutan, juga sungainya sebagai tempat mengalirnya air dari hulu ke hilir atau ke laut” jawab Jeki Malam. 
terjebak banjir di kawasan industri


“terusin Jek” dorong Jeki Siang. “Pertama, karena adanya Matahari. Dengan sinarnya bisa membuat air laut, air sungai menguap, setelah menguap jadi kumpulan titik-titik air yang kita lihat mah jadi awan. Awan ketebak (kedorong) angin, suhu awan makin dingin, dan titik-titik air menjadi berat…., jadi hujan turun” Jeki Malam menjelaskan secara singkat tentang hujan. “Nahh .., yang bikin masalah bila hujan turun di daratan tinggi atau di pegunungan. Hujan turun langsung ke sungai, sungai menjadi meluber, jadi banjir dengdeng atau banjir bandang, dan itu daya rusaknya luar biasa, seperti terjadi kemaren Di Bandung Kota, penyebab yang asli adalah rusaknya lingkungan sekitar Bandung, sudah banyak gunung dan hutannya botak dan rata…,beralih fungsi jadi macem-macem seperti vila, perumahan, mall, hotel. Sehebat-hebatnya hujan turun ektrim, akan mudah diredam oleh hutan dan gunung yang asri dan hijau, aer hujan ditahan dulu oleh mereka, sebelum masuk ke sungai atao solokan” tambah Jeki Malam. “Terus hubungan dengan Karawang ini gimana???, bukan kah ada tiga bendungan besar yang membendung sungai Citarum ini “Tanya Jeki Siang melanjutkan pertanyaan. “ Ane bilang tadi, aer hujan turun langsung ke sungai, sungai jadi meluber, bendunganpun luber, seperti bendungan Saguling..penuh , pasti dibuka pintu aer, aer menuju ke bendungan Cirata….penuh juga, pasti dibuka pintu aernya, aer menuju bendungan Jatiluhur….penuh juga, pasti dibuka pintu aernya…, sungai Citarum meluber lewat Kota Karawang…., dan banjir dimana-mana  menurut info yang ane dapet, ada beberapa komplek perumahan dan komplek industri yang terendam banjir seperti..perum Karaba, perumnas, Bintang Alam, Karawang Indah “  jawab Jeki Malam dengan enteng laksana seorang ahli.
foto udara karaba (den Kumis)

“Jek…, kira-kira menurut kamu ada solusinya neh banjir di Karawang dan sekitarnya” Tanya Jeki Siang. “Setelah ada kejadian, mereka rajin-rajin bikin seminar, diskusi, rapat pleno…tentang banjir, menghasilkan rekomendasi kepada pengambil keputusan seperti Gubernur, Bupati dan lain sebagainya”, “tapi banjir datang terus” potong Jeki Siang. “Iya.., sebab rekomendasinya ngga ditindak lanjuti.., hanya sampai disitu, atau nunggu anggarannya …itukan perlu waktu, bisa setahun…, bisa dua tahun atao lebih daripada itu” jawab Jeki Malam. “emang biasanya seperti apa rekomendasinya itu ???” Tanya Jeki Siang. “Rekomendasinya seperti penghijauan kembali gunung dan bukit yang gundul dan botak, penataan bantaran kali Citarum, ini sudah dilakukan kalo tidak salah satu atau dua tahun kebelakang.., sudah rapih, sudah beres, tapi sekarang banyak penduduk bikin rumahnya, bahkan kontrakan, tempat usaha makin ngerangsek mepet ke sungai”, “itu yang sudah dilaksanakan, yang belum dilaksanakan apa Jek..??” Tanya Jeki Siang. “ Yang belum itu, ini menurut pengetahuan ane yang dhoif ini adalah pertama belon ada aturan pembantasan hunian dan hutan di gunung atau bukit, jadi harus ada batasnya gunung ini atau bukit ini boleh dihuni orang atau tidak, sekarang kan boleh dihuni sampai ke puncaknya, terus yang kedua, alur sungai Citarum ini, mulai dari Karawang hingga muara harus lurus, makanya alur sungai Citarum harus di rebonding” jawab Jeki Malam mantap. “hua ha ha” jeki Siang tertawa terpingkal-pingkal mendengar jawaban alur sungai Citarum harus di rebonding, rambuuut keleesss hua ha ha. Pemirsa budiman harap dimaklum aja, kongres dah mulai ngaco neh.



terjebak banjir di kawasan industri


Setelah reda tertawanya, Jeki Siang melontarkan pertanyaan kembali, mungkin karena penasaran Jeki Malam sekarang serba tahu “Jek kamu seperti banyak tahu daerah-daerah mana saja yang kena dampak Citarum luber ini???”. “Neh Jek..” Jeki Malam sambil mengeluarkan henpun jenis anyar. Jeki Siang kaget..”pantes aja sekarang mah dia ngga ketinggalan informasi kayak dulu lagi” gerentes (kata hati) hati Jeki Siang. “Neh foto-fotonya perumahan yang kena banjir” kata Jeki Malam sambil memperlihatkan foto-foto di henpunnya”, “Hmm bagus juga ya, dapet dari mana neh, saya kagum” Tanya Jeki Siang. “Dapet dari temen ane Den Kumis, dia juga dapet dari was ap grup Perindo” jawab Jeki Malam datar. “Bagus kan foto-fotonya, ente kan kagum melihatnya??? tanya Jeki Malam. “Iya Jek, Saya mah bilang itu ke henpun kamu, bukan ke foto-fotonya  he he he “ jawab Jeki Siang dengan santai. “laah…jadi ente bilang bagus dan kagum itu buat henpun aja he he he “ jawab Jeki Malam dengan heran. “Iya jek he he he “ jawab Jeki Siang polos sekali. Dan merekapun tertawa senang semua, seperti tidak beban hidupnya. 
salah satu rumah warga perumahan yg terendam

Tapi kebiasaan orang kita, selalu mengedepankan sisi negatifnya, melihat perubahan temen kita, atau sohib kita curiga lebih dulu, bukannya gembira melihat kemajuan temen kita, maklum jaman sekarang…, jaman serba instan. “Dapet darimana tuh henpun…, biar ane tebak…pasti duitnya dapet korupsi ya????” Tanya Jeki Siang. “Setdaaah ampun paralun (tobat) untuk berbuat itu mah, gini-gini juga ane muridnya ustad Ocim Jekrem, selalu diwarah (dididik) untuk tidak berbuat memalukan seperti korupsi, lagian ngga ada yang bisa korupsiin…..ane kan penganggur he he he, kalo pengen tahu asal muasal henpun ini ntar aja, laen waktu he he he” jawab Jeki Malam sambil terkekeh, melihat hal ini Jeki Siang tambah penasaran. “Tapi bukan hasil korupsi ya??” Tanya Jeki Siang. “Bukan” , “hasil dari pungli???” Tanya kembali Jeki Siang, “juga bukan” jawab Jeki Malam pendek. Jeki Malam mulai jengkel dengan pertanyaan-pertanyaan jeki Siang yang sangat menjurus. “Jek… apa seh maksudnya ente nanya sampe begitunya” Tanya jeki Malam. “He he he ..saya bersyukur kamu ternyata memegang teguh wurukan (didikan) dari orang tua kita, guru ngaji kita…, saya khawatir kamu terbawa-bawa arus jaman yang bisa menjerumuskan kita ke lembah kesengsaraan batin (jiwa) yang sangat dalam” jawab Jeki Siang datar. 

Mendengar jawaban dari Jeki Siang, mata Jeki Malam berkaca-kaca terlihat setitik air bening disudut matanya dan memeluk sohibnya dengan erat dan berujar “ Terima kasih Ya Alloh Ya Robi, melalui syareatnya ente Jek…, saya merasa di lindungi oleh Yang Murbeung Alam Alloh Dzat Yang Maha Welas dan Asih”. Terima kasih.

(Karawang 18 Nopember 2016, tidak lupa mengucapkan terima kasih untuk sohib saya Den Kumis yg telah memberikan beberapa foto-foto untuk melengkapi tulisan ini, terima kasih).