Rabu, 23 Maret 2016

ANTARA KOTA KARAWANG - MERAK - BAKAUHENI KALIANDA


ANTARA KOTA KARAWANG – MERAK –  BAKAUHENI KALIANDA

 Ada teman yang bernama Awi, dia berasal dari Solo belum pernah melihat Pelabuhan Merak seumur umurnya, saya maklum wong dia mah orang solo jauh ke Merak, sekarang tinggal di Karawang, hal ini yang jadi pemicu semangat untuk mengajak saya ke Merak.

Setelah sepakat untuk berangkat ke Merak, kami janjian di Stasion Karawang, kenapa di Stasion Karawang, karena kami memilih naek kereta api ke Merak, walaupun harus transit transit di stasion kereta Kemayoran, naek KRL menuju Stasion Angke atau stasion Tanah Abang, karena katanya…, sudah ada perubahan pelayanan di tubuh perusahaan kereta apai.., jauh rubahnya dengan yang dulu dulu, itung itung sekalian membuktikan perubahan yang ada.
Ternyata kami berangkat ke Merak bertambah satu orang lagi, si Awi membawa temen yang sekampung yang sama belum pernah melihat pelabuhan Merak, jadi tambah rame dalam perjalanan dari memperkenalkan diri sampai kongres ke masalah masalah sosial lainnya yang ada dalam benak masing masing. Tanpa terasa kami sudah sampai di Stasion Kemayoran jam 7 pagi, masih pagi kami langsung mencari warung yang sudah buka untuk sarapan.

Sambil sarapan kami ngobrol terus topiknya satu yaitu perubahan pelayan di kereta api, sungguh luar biasa perubahannya, seperti kereta ekonomi semua gerbong ber AC semua tanpa kecuali, penumpang dilarang merokok disemua gerbong dan tiket penumpang terbatas hingga yang naik kereta tidak penuh sesak seperti kereta dulu dan tidak berhenti di semua stasion…, hebaaat.
Setelah sarapan saya suruh si Awi beli tiket KRL ke Stasion Angke dan tanyakan sekalian kereta yang dari stasion Angke ke Merak berangkatnya jam berapa, tidak begitu lama si awi sudah muncul kembali, sebelum saya nanya, si awi lebih dulu ..,bahwa kereta yang dari Angke ke merak sudah berangkat tadi pagi. Mendengar informasi dari si saya dan si awi bengong…, tapi si awi dapat informasi dari petugas loket bahwa ada bis Damri dari Stasion Gambir yang menuju Tanjung Karang Lampung jam 8 berangkatnya, berarti sebentar lagi.

Tanpa menunggu berpikir panjang saya putuskan untuk nlari ke stasion Gambir…, tentunya pake bajaj bukan lari pake kaki he he he…, singkat cerita kami telah sampai ke stasion Gambir..,ya memang dekat sekali antara stasion Kemayoran dan stasion Gambir kurang lebih 3 kilometer. Dan kami langsung membeli tiket bis dimaksud, Alhamdulillah masih tersedia pas untuk 3 orang, harga tiket bis di hitung ke Tanjung Karang, walaupun kami hanya sampai ke Merak, kata si awi tidak apa apa demi mencapai cita cita kita perlu pengorbana yang lebih he he he diiringi tertawa kecut eh kecil.
Singkat cerita kami telah sampai di pelabuhan Merak kira kira jam 11 dan langsung masuk kapal berikut bis nya, “waah gede sekali ya..neh kapal, bis aja bisa masuk dan banyak lagi “ si Ari ngomomg sendiri keheranan. Seluruh penumpang dipersilahkan turun pindah ke dek penumpang di latai 2, karena tidak boleh ada penumpang yang berada di dek mobil.

Dengan penuh semangat si Awi dan si Ari menuju dek penumpang dan langsung ke dek paling atas, karena diatas sana dapat melihat sekeliling pelabuhan Merak yang sangat sibuk dengan keluar masuk kapal Feri dari pelabuhan Bakauheni. Pelabuhan Merak ini 


menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatera yang dipisah oleh Selat Sunda, yang menurut informasi selat ini merupakan selat yang paling padat atau sibuk se dunia, masuk akal.., jalur ini dilintasi oleh kapal feri hingga mencapai 90 trip, belum kapal yang melintas dari laut Jawa menuju Samudra Hindia atau sebaliknya.

Dengan muka penuh takjub mereka berdua melihat kapal ini sendiri yang besar dan kapal kapal lain di sekitar pelabuhan Merak, kelihatannya mulut dan tangan mereka tidak berhenti ngomong dan menunjuk nunjuk ke berbagai arah, dan tidak lupa mereka pun memotret dengan henpunnya.

Sebelum masuk kapal ini, saya ingat pesen guru ngaji saya “kalo bertemu dengan air besar, sungai, danau,  laut.., baca asalamualaikum ya Nabiyulloh Khidir AS dan bertemu dengan daratan baca asalamualaikum ya Nabiyulloh Yahya AS” pada hakekatnya Allah SWT lah yang menyelamatkan kita” , dan itu sampai sekarang selalu saya ingat dan saya praktekan.
Kapal mulai bergerak meninggalkan pelabuhan Merak menuju Pelabuhan Bakauheni Lampung, terlihat dari sebelah utara langit mulai mendung mao turun hujan. Bukan hujannya…tapi ombaknya yang bikin saya agak degdegan, sekurang kurangnya saya bisa mabuk laut karena ombak tinggi tinggi. Betul sekali tidak lama kemudian hujan turun dengan deras, tapi kapal terus melaju kearah Bakauheni.

Tidak lama kemudian kapal mulai merapat ke Pelabuhan Bakauheni, dengan cekatan kapten kapal merapatkan badan kapal ke sandaran pelabuhan, hujan mulai reda cenderung berhenti, dan saya pamit ke kondektur bis Damri, bahwa saya turun di Bakauheni.
Setelah cukup puas jalan jalan di pelabuhan Bakauheni, kamipun langsung pesen tiket pulang kembali ke Merak, karena mao mengejar kereta yang menuju Angke, dan diteruskan menuju ke Karawang memakai kereta yang terkahir jam 7.30 keberangkatan stasion Kemayoran.
Jam 22.00 atau jam 10 malam kami bertiga sampai ke stasion Karawang, terdengar suara pelan dari si Awii dan si Ari rasa syukurnya kepada Tuhan YME yang berkenan mengiizinkan dapat melihat pelabuhan Merak bahkan lewat…sampai ke Bakauheni, ini pengalaman yang jarang didapat dalam 1 hari bisa mejelajah antar pulau. Kami pamitan berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing dengan selamat... Amin.




Selasa, 22 Maret 2016

ANTARA KOTA KARAWANG - KAWAH PUTIH

ANTARA KOTA KARAWANG – KAWAH PUTIH
Hari Libur merupakan hari yang sangat ditunggu tunggu oleh saya, karena saya bisa memperhatikan pertumbuhan dan perubahan anak anak saya yang masih kecil. Tetapi hari libur juga mempunyai resiko pengeluaran yang sulit terduga, seperti liburan ke tempat tempat rekreasi, ke water boom, kebun binatang , ke pegunungan atau ke tempat tempat kuliner baik itu di dalam kota atau di luar kota.

Seperti yang saya utara di atas ada resiko pengeluaran yang sulit terduga dan sulit di tolak, anak anak ingin melihat Kawah Putih di kawasan soreang Bandung, cukup lumayan jauh walaupun sudah ada jalan tol ke Bandung.

Secepatnya saya merencanakan pihnik ini agar tujuan pihnik ini tercapai dengan efisien dan efektif he he he  (dah kayak auditor aja …), saya merencanakan sedemikian rupa dari jadwal berangkat hingga mau nginap dimana.., hingga kalkukalasi keuangannya..he he he.., sengaja saya kalkulasi keuangannya karena saya menyadari kurang pintar cari duit di kantor he he he.

Rencana berangkat Sabtu pagi..setelah sembahyang subuh, agar tidak terjebak macet di jalan tol atau jalan yang menuju Kawah Putih, karena jalan dari tol dalam kota Bandung menuju Soreang selalu macet, recana menginap di Emte Highland Resort yang tidak jauh dari  Kawah Putih, bisa dicapai dengan mobil sendiri ke atas atau naek mobil khusus yang disediakan oleh pengelola Kawah Putih.

Singkat cerita saya dan keluarga sudah sampai ditempat tujuan dengan selamat sampurna di resort tersebut, dan langsung oleh dilayani petugas resort, dengan penuh ramah tamah yang prima, petugas mengantar saya dan keluarga ke bungalow yang saya pesen, bungalownya bertempat agak kebelakang dan agak tinggi tempatnya dibanding yang lain, itu merupakan tempat yang baik untuk melihat sekeliling resort, dan di dalam bungalownya cukup bahkan lebih untuk keluarga kecil seperti keluarga saya.., saya istri dan 2 anak anak, selain itu ada tungku perapian kayu bakar untuk menghangatkan badan, karena memasuki sore dan malam hari udara mulai dingin. Bagi saya yang dari Karawang yang bersuhu cukup panas merupakan kebalikan nya disini sangat dingiiiinn…

Pagi harinya saya melihat sekliling resort betul betul resik, indah asri dengan danau kecil di bawah bungalow menambah keelokan resort ini, saya masih menggigil kedinginan, anak anak saya sudah nyemplung di kolam renang yang disediakan bagi pengunjung resort, walaupun udara masih dingin bagi mereka tidak jadi halangan untuk berenang, karena air kolamnya air hangat alami.

Setelah puas berenang, dilanjutkan dengan sarapan, saya dan keluarga siap siap menuju Kawah Putih, atas istri saya, agar naek angkot khusus yang disediakan oleh pengelola Kawah Putih, saya menyetujui, karena ngga bikin pusing nyupirin dan nyari tempat parkir, dan tempat keberangkatan atao terminalnya sangat dekat, tinggal menyebrang dari resort sudah samapai.

Setelah sampai ke terminalnya, sudah terlihat antrian yang sudah diatur sedemikian rupa oleh pengelola agar pengunjung bisa menikmati Kawah Putih dengan tertib dan aman, setelah ngantri tidak begitu lama, saya dan keluarga mendapat mobil dan langsung berangkat , karena langsung penuh oleh pengunjung.
Kurang lebih 15 menit mobil yang saya tumpangi telah sampai ketitik parkiran Kawah Putih….., saya melihat sudah penuh oleh mobil pribandi yang mulus mulus, dalam hati saya “untung saya ngga bawa mobil sendiri ke atas”.
Setelah turun dari angkot khusus , saya langsung menuju Kawah Putih….., waduuuh sesak nya saking banyak pengunjung jalan kaki aja, sulit…, kosentrasi tidak pokus ke Kawah Putih, kosentrasi ke anak anak saya.., agar dekat terus dengan saya..
Setelah puaas melihat Kawah Putih dan sekitarnya dan mataharipun sudah agak tinggi , saya kembali ke angkot khusus untuk turun kembali, sambil memperhatikan lalu orang dan kendaraan pribadi yang naik turun , seperti nya tidak ada putusnya yang naik banyak yang turunpun banyak, ada kekhawatiran saya yaitu macet. Tidak lama saya dan keluarga mendapat angkot khusus untuk turun…., mulai bergerak mobil turun, sepertinya supir ngga perlu nginjak pedal gas….karena jalannya turun terus hingga ke terminalnya. Betul dugaan saya…, mobil yang saya tumpangin mendekat ke terminalnya tersendat lajunya, dan saya tanya ke sopirnya jawabnya pas yang dibenak “maceeet”, “maaf pa, kalo bapa mao cepet jalan kaki aja ngga terlalu jauh, jalan kaki lebih cepet” begitu kata sopir angkot khusus dengan sopan sekali menyampaikan idenya ke saya. Ternyata benar saya sudah sampai ke terminalnya, angkot khusus yang saya tumpangi masih tersedat diatas.
Saya langsung ke bungalow berkemas karena sebentar lagi cek out, dan tidak lupa makan siang dulu di warung sekitar resort karena banyak sekali pilihan makanan dengan harga yang cukup terjangkau.  Setelah cek out,  diluar terlihat kemacetan luar biasa, mobil didepan pintu gerbang resort tidak bergerak dan ada Polisi Lalu Lintas sedang sibuk mengatur mobil agar tidak macet ngunci.
Petugas resort dengan penuh sopan santun memberi tahu bahwa jalan dibuka satu arah…, dari bawah ke atas yang diprioritaskan, nanti kira kira jam 3 atau selepas ashar baru dibuka kembali untuk turun. Saya hanya bisa bilang “waah baik pa , terima kasih infonya”, daripada bosen di mobil, kasih ke anak anak kebebasan keluyuran disekitar resort dan saya seperti biasa nongkrong di tukang kopi sambil kongres alias kongkow ngga beres beres he he he.
Sambil menikmati kopi hitam.., melihat banyak orang dan kendaraan hingga macet, saya bersyukur kepada Dzat Yang Maha Agung hingga detik ini saya dan keluarga saya masih diberi kenikmatan yang luar biasa untuk melihat keagungannya malalui Kawah Putih yang mempunyai daya tarik yang luar biasa terhadap pengunjung, mugia pamarentah setempat dapat melestarikan daerah ini, yang dampak positif yang sangat luar biasa yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat sekitarnya, hingga dapat dinikmati oleh anak cucu kita, dan tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pengelola Kawah Putih yang telah berusaha untuk meningkatkan pelayanan yang prima kepada pengunjung.
Akhir datang juga yang ditunggu tunggu yaitu jalan turun dibuka kembali.., tanpa membuang waktu saya langsung bergerak turun, tapi mobil yang naik masih cukup panjang antriannya…betul betul luar biasa. Dalam pikiran saya setelah Soreang pasti macet neh.., nyampe ke Karawang pasti malam. Untungnya henpun saya bisa mengakses ke google maps, tanpa berpikir dua kali , saya langsung mengakses google maps untuk mencari jalan yang terbaik menurut google maps. 

Dan google maps menuntun saya menuju pintu tol Baros Cimahi dengan cepat dan tanpa macet. Di rest area kilometer 99 untuk istirahat dan isi bensin, sambil menikmati makanan pavorit saya yaitu kwetiau direstoran solaria, saya melihat tempat rest area ini luas dan penuh oleh mobil, pikiran dan akal saya lari lari kesana kemari “ ditempat Kawah Putih penuh mobil sampai macet, disini penuh mobil juga, mereka mao kemana…?, apa mereka mao atau sudah pihnik seperti saya, atao kebanyak duit hingga bingung mao buang duit kemana..?, kenapa saya jadi usil mikiran mereka….he he he, itu urusan mereka.
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, saya sudah sampai ke Karawang ke rumah tanpa ada kekurangan satupun kira kira jam 6.30 sore, dan terima kasih Google Maps.



  



Rabu, 16 Maret 2016

GERHANA MATAHARI TOTAL DI KOTA KARAWANG



GERHANA MATAHARI TOTAL 9 MARET 2016

“Yah..., bangun bangun bangun..” si Bendik anak saya yang nomor 2 membangunkan saya dengan penuh semangat, padahal hari ini hari libur nyepi, bagi saya hari libur nasional maupun hari libur sabtu dan minggu merupakan hal yang sangat ditunggu tunggu, “duh...de” saya memanggil ke anak saya yang nomor 2 ini dengan dengan kata “de” kependekan dari ade, “ masih pagi..., ini hari kan, hari libur...!!”.

“betul yah, sekarang hari libur..., tapi ayah mao ngajak dede ngeliat gerhana matahari” dengan nada agak tinggi, karena saya masih ogah ogahan bangun, mendengar kata “gerhana matahari”, saya kaget dan langsung bangun.. “ bentaran ayah mao mandi dulu” kata saya, sambil menuju ke kamar mandi, saya baru ingat ada yang lupa.., meminta klise film yang digagal dicetak untuk kacamata khusus melihat gerhana matahari.., “waduh pake apaan neh ngeliatnya.., klise filmnya ngga ada...” sambil mandi saya cari akal, supaya ngga ngecewain anak saya.

“yaah..., cepetan mandinya matahari sudah ada” .. teriak si bendik ngga sabaran, “bentaran de.., kita pasti kebagian.. tenang.. aja “, “cepetan” teriak lagi. Setelah beres mandi dan langsung memakai baju kebesaran hari libur yaitu kaos dan celana trening, saya ajak sarapan dulu “ sarapan dulu’ ajak saya ke anak saya, “ mana si aa”.., yang dimaksud “aa” anak saya yang pertama “Gardan” namanya, “ belon bangun yah,” , “tanya mao ikut ngga ngeliat gerhana matahari bareng Ayah” pinta saya ke si Bendik, dengan semangat membangun kakanya, “a mao ikut ngeliat gerhana ngga..?, bareng ama Ayah” ajak si bendik sambil menggoyang goyangkan badan kakaknya, “ mao mao...” jawab kakaknya dengan semangat juga, mereka langsung lari ke arah saya yang duduk di meja makan yang siap siap untuk sarapan, “hey hey madi dulu sana” pinta saya ke si Gardan “kamu juga de, pasti belon mandi”, tanpa diperintah 2 kali mereka langsung lari kekamar mandi.

Tidak menunggu lama mandi mereka sudah selesai..., mungkin mandinya asal basah aja... he he he.., setelah selesai mandi dan berpakaian, mereka langsung ke meja makan, “ yah kenapa kita kalo pagi harus sarapan...?” si bendik membuka pertanyaan, “ karena kita akan melakukan kegiatan..., kalo kita sudah sarapan kita punya tenaga”, “ooo gitu ya”, “ dah jangan banyak tanya cepetan sarapan diabisin” perintah kakaknya ke si Bendik.

Setelah mereka menghabiskan sarapannya mereka langsung menagih kacamata khusus buat ngeliat gerhana matahari, “yaah mana klise filmnya”, “untung saya dapat ide waktu mandi tadi ..., kalo tidak ada ide ini..., mereka bisa kecewa, “tenang de” jawab saya dengan santai dan langsung menuju wadah khusus untuk menyimpan barang barang pertukangan seperti palu, gergaji, paku, dan lainnya.



“neh “ sambil menyodorkan kacamata las listrik yang berbentuk segi empat kepada mereka berdua “hua ha ha” mereka berdua tertawa terbahak bahak “ayah mah gimana seh, masa mao ngeliat gerhana matahari pake kacamata ini” mereka berdua tertawa terus dan keheranan, “kamu jangan heran..., neh cara begini” saya mempraktekan cara melihat gerhana matahari memakai kacamata las listrik “kamu jangan melihat langsung..., sebab sinarnya sangat silau..., itu bisa merusak retina mata kamu.., cepetan keluar sana“, mereka langsung lari keluar rumah “ yaah..ayah..  mataharinya ke halangan pohonan...., gimana neh “ mereka berteriak agak kecewa, “ yah ke jalan baru aja...” pinta si Gardan.
Melihat mereka berdua sangat semangat ingin melihat gerhana matahari secara langsung, saya pun tidak mao membuang waktu, segera mengeluarkan mobil salju asal maju he he he.., dan mereka pun langsung masuk ke mobil dan langsung menuju jalan baru yang tidak jauh dari rumah saya.
Disana.., dipinggir jalan baru sudah ramai orang yang mao ngeliat gerhana matahari, karena tempatnya terbuka luas berupa sawah sawah yang masih tersisa atau belum terjamah oleh pembangunan kota Karawang.

Sambil nangkring di atas mobil mereka sangat asik dan aneh melihat gerhana matahari, terlihat pergerakan yang sangat pelan bulan menutupi matahari, “yah..., kenapa bulan bisa menghalangi sinar matahari” si Bendik mulai banyak tanya, sebelum saya jawab, “neh de.., posisi matahari, bulan dan bumi sejajar..., jadi terjadi gerhana matahari”jawab kakaknya, “ yang ditanya Ayah.., bukan aa”, “ sama aja jawabannya” jawab saya pendek, “makanya sering baca buku..henpunnya buka google, jangan ps melulu...”ledek kakaknya, “he..he..he” si Bendik cukup tertawa kecil membalasnya, “tiap tahun ngga Yah.., “, “tidak tiap tahun , tapi 32 tahun...,atau 350 tahun sekali kalo dititik yang sama”, “ titik yang sama gimana..? ngga ngerti neh” si Bendik tanya kembali, “sekarang di sini ngga 100% total, tapi hanya 80% aja gerhanannya, “100% dan 80% maksudnya gimana..?” si Bendik rasa ingin tahunya sangat luar biasa untuk ukuran anak anak sekolah dasar, dalam hati saya “untung aja saya sudah buka google semalam..., jadi cukup tahu untuk menerangkan ke anak anak saya”, “kalo untuk 80% gerhananya ada sedikit matahari yang tidak tertutup oleh bulan seperti di Karawang ini, tapi untuk 100% matahari tertutup semua oleh bulan, yang 100% adanya di kota kota Sumatera bagian selatan, Kalimantan, Sulawesi dan sebagian Maluku, atau di kota Palembang, Belitung, Palangkaraya, Balikpapan dan ternate.., nah di kota ini terjadi gerhana matahari total kembali.., 350 tahun kemudian”, “wah pada mati dong kita he he he” jawab si Bendik sambil asik memperhatikan gerhana lewat kacamata las listrik, semua tertawa berikut ada suara tertawa yang agak berat, ternyata setelah saya lirik pa Ustad Ocim Jekrem sudah disamping saya, “coba dong saya pinjem kacanya, pengen liat gerhana matahari itu kayak apa..?, sebab dulu mah ngga pernah ngeliat..., ngga boleh ngeliat takut buta katanya.., sekarang mah meriah, saking meriahnya banyak yang lupa ke masjid untuk sembahyang sunat gerhana” ujar Pa Ustad Ocim Jekrem. Mendengar perkataan beliau ntah ditujukan kepada siapa karena banyak orang yang ngeliat gerhana di pinggir jalan baru, tetap saya jadi malu..., tidak sembahyang gerhana walaupun itu sunat hukumnya.  

Dibalik semua itu ada rasa bersyukur saya kepada Dzat yang Maha Kuasa, karena telah ikut merasakan, melihat, serta dapat mengajak anak anak saya untuk melihat, merasakan tanda tanda ke Agungan Yang Maha Kuasa melalui gerhana matahari tanggal 9 Maret 2016.
   

  

Selasa, 15 Maret 2016

Pertumbuhan Perekonomian Kota Karawang





Dulu Karawang dikenal dengan kota Padi, karena areal sawahnya merupakan sawah terbaik di negeri ini, hingga dapat julukan lumbung padi nasional, pola hidup masyarakatnya masih tradisional, alamnya masih asri, hamparan sawah terbentang sejauh mata memandang.
Jembatan layang untuk mengurai kemacetan
                                         Waktu terus berjalan, perubahan  jamanpun tidak bisa dihindari, khususnya dengan perubahan pada tingkat perekonomian, sangat terlihat pertumbuhan cepat sekali, sungguh luar biasa dan sulit untuk bayangkan betapa cepatnya pertumbuhan ekonomi di kota Karawang sekarang ini.

Gedung tinggi ........untuk siapa...??
Dulu di sekitaran kota Karawang hanya terlihat hamparan sawah, sekarang selain jembatan layang, gedung tinggi berlantai lantaipun sudah ada, perumahan perumahan berbagai kelas menegah, maupun kelas elit sudah tersebar, pusat pusat pertokoan dan perbelanjaan seperti super market, Mall gampang dijumpai oleh warga Karawang, tidak ketinggalan betonisasi jalan hingga ke pelosok kampung.

Gedung tinggi banyak kamarnya ..untuk siapa...??
Dengan cukup mampir ke pusat pusat perbelanjaan dan Mall, banyak pengunjungnya, dalam pikiran kita sudah dapat menebak ..., di kota Karawang ini sekarang sudah banyak orang kaya..., setidak tidaknya orang yang berpenghasilan menengah ke atas sangat banyak, mobil keluaran baru, motor baru sangat banyak lalu lalang.
(Mungkin) Hal ini dapat memberikan gambaran yang positif bagi keberhasilan pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan oleh warga Karawang sekarang ini, dan itu tidak bisa kita pungkiri.
tidak punya rumah, tidur di emper toko


Mereka tidur seadanya...di emper toko
Tapi..., ada satu sisi yang saya bikin heran..aneh dan miris...melihat semakin banyak orang orang yang semodel ini...(seperti dalam gambar), mereka dari mana saja asalnya, mereka berkumpul di lampu merah..., tidur dipinggir emper toko, tidak hanya orang dewasa..anak anakpun ada..,  apa merekapun termasuk salah satu dari efek pertumbuhan ekonomi di kota Karawang....., dulu sebelum pertumbuhan ekonomi ini meningkat..., sangat jarang orang orang semodel ini, bahkan tidak ada.
Tanpa alas dan selimut ....mao dimana lagi.
 


Melihat gejala ini, melalui tulisan ini menghimbau kepada Pemerintah Daerah Karawang.., agar segera mencari solusi sebelum menjadi masalah yang lebih rumit..., dan yang terpenting adalah ada tindakan nyata dan bermartabat terhadap penanganan masalah ini, baik Pemerintah sendiri, maupun bergotong royong melibatkan masyarakat , kita tidak bisa lari dari kenyataan bahwa mereka adalah anak negeri tercinta ini yang masih belum beruntung  menikmati alam kemerdekaan negerinya.