Karawang Sedang
Merubah Takdir
![]() |
Kemacetan sudah nampak di Karawang |
Karawang sedang merubah
takdir????, tentunya kita bertanya takdir yang mana yang sedang Karawang
dirubah???. Kita mulai dari awal Pemerintahan Orde baru bahwa Kabupaten
Karawang mempunyai gelar yaitu “ Kota Padi “, karena sejauh mata memandang
hamparan sawah seperti tidak berujung, bahkan Karawang menjadi tolok ukur untuk
masalah padi nasional, bahkan dijadikan lumbung padi nasional.
![]() |
Saluran Yang Tercemar |
Hasil panennya selalu
ditunggu-tunggu, karena beras dari Karawang sangat puleun dan enak. Karena sawah Karawang didukung dengan sistem
pengairan yang mumpuni, air tidak pernah kurang, pasokan dari sungai Citarum
yang dibagi oleh Bendungan Curug dan Bendungan Walahar. Persawahan ini kita
kenal dengan persawahan teknis dan nomor 1. Juga di sebelah selatan Karawang
terdapat hutan jati atau hutan lindung yang memanjang ke arah daerah Loji
Kecamatan Pangkalan yang berbukit-bukit dan bergunung seperti gunung Sangga
Buana. Daerah ini dulu, di musim kemaraupun air selalu ada, hingga dapat
mengairi sawah yang ada dibawahnya.
![]() |
Disamping irigasi sudah terisi bangunan |
Perubahan jaman tidak bisa
dibendung, sekarang ini Karawang sedang merubah takdir dari daerah agraris
menjadi daerah industri, Jalan tol membelah hutan lindung tersebut, kemudian
diikuti oleh pembangunan pendukungnya seperti pergudangan dan Ruko, Mall, Hotel
dan perumahan, untuk menfasilitasi kondisi yang berubah di Kota Karawang.
Akibatnya babad alas, perataan bukit terjadi masif sekali, sawah-sawah teknis
berubah fungsi dengan cepat tanpa terkontrol dengan baik. Bukan tanpa alasan babad alas, bukit diratakan yaitu untuk
memfasilitasi relokasi industri dari luar negeri ke Indonesia, seperti relokasi
industri dari Jepang. Korea, China dan yang lainnya.
![]() |
Antara Rel Kereta Api dan Jalan Raya sudah penuh bangunan |
Sawah-sawah teknispun tidak jauh
nasibnya dengan perbukitan dan hutan lindung, berubah semua menjadi ruko,
gudang, Mall. Hotel dan perumahan bagi karyawan pabrik atau industri, yang
jumlahnya mencapai ribuan pegawai.
Perubahan fisik sangat terlihat
sekali, pembangunan jalan terus disetiap jengkal Kota Karawang , ada yang
membuat Hotel, Rumah Sakit, Mall, Pergudangan dan Perumahan subsidi dan non
subsidi. Pertumbuhan pendudukpun sangat cepat, karena disebabkan oleh tingginya
urbanisasi, jadi Karawang seperti gula dikerubungi semut.
![]() |
Kiri kanan penuh dengan pedagang |
Pertumbuhan penduduk sangat cepat
ini dapat kita lihat, tidak seimbang dengan fasilitas perkotaan. Akibatnya
dijalan raya selalu macet, pedagang kaki lima seperti jamur tidak boleh ada
ruang kosong selalu terisi oleh mereka, perkampungan mulai kumuh dengan
pertumbuhan kontrakan-kontrakan yang saling berdempetan satu sama lain, hunian
liar seperti disepanjang irigasi dan sungai Citarum pun sudah mulai terisi,
bahkan sudah pasang harga, bahkan tanah kosong dipinggir jalan sudah
dikapling-kapling, saluran air kotor dan tercemar sampah dan bahan kimia.
Diperempatan lampu merah banyak peminta-minta, anak-anak, tua muda, yang masih
seger dan terpincang-pincang buaaanyaak. Kultur berubah dari sosial budaya
agraris yang cenderung silih asah silih asuh silih asih dan silih wangi ke
budaya sosial industri yang cenderung individualistik mengarahkan menjadi
kompetitor dan pemburu rente.
Melihat kondisi sekarang ini
apakah gelar Kota Karawang adalah “kota Padi” lumbung padi nasional masih
relevan disandangnya?????????, apakah perlu gelar baru?????????, Wallahu
A'lam . Barangkali Pemirsa Budiman punya pendapat?????.
Terimakasih. Mudah-mudahan
tulisan sederhana ini bermanfaat bagi kita semua.
Karawang, 4 Nopember 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar