Sabtu, 11 November 2017

Karawang Sedang Merubah Takdir

Karawang Sedang Merubah Takdir



Kemacetan sudah nampak di Karawang

Karawang sedang merubah takdir????, tentunya kita bertanya takdir yang mana yang sedang Karawang dirubah???. Kita mulai dari awal Pemerintahan Orde baru bahwa Kabupaten Karawang mempunyai gelar yaitu “ Kota Padi “, karena sejauh mata memandang hamparan sawah seperti tidak berujung, bahkan Karawang menjadi tolok ukur untuk masalah padi nasional, bahkan dijadikan lumbung padi nasional.
Saluran Yang Tercemar

Hasil panennya selalu ditunggu-tunggu, karena beras dari Karawang sangat puleun dan enak. Karena sawah Karawang didukung dengan sistem pengairan yang mumpuni, air tidak pernah kurang, pasokan dari sungai Citarum yang dibagi oleh Bendungan Curug dan Bendungan Walahar. Persawahan ini kita kenal dengan persawahan teknis dan nomor 1. Juga di sebelah selatan Karawang terdapat hutan jati atau hutan lindung yang memanjang ke arah daerah Loji Kecamatan Pangkalan yang berbukit-bukit dan bergunung seperti gunung Sangga Buana. Daerah ini dulu, di musim kemaraupun air selalu ada, hingga dapat mengairi sawah yang ada dibawahnya.
Disamping irigasi sudah terisi bangunan

Perubahan jaman tidak bisa dibendung, sekarang ini Karawang sedang merubah takdir dari daerah agraris menjadi daerah industri, Jalan tol membelah hutan lindung tersebut, kemudian diikuti oleh pembangunan pendukungnya seperti pergudangan dan Ruko, Mall, Hotel dan perumahan, untuk menfasilitasi kondisi yang berubah di Kota Karawang.



Akibatnya babad alas, perataan bukit terjadi masif sekali, sawah-sawah teknis berubah fungsi dengan cepat tanpa terkontrol dengan baik. Bukan tanpa alasan babad alas, bukit diratakan yaitu untuk memfasilitasi relokasi industri dari luar negeri ke Indonesia, seperti relokasi industri dari Jepang. Korea, China dan yang lainnya.



Antara Rel Kereta Api dan Jalan Raya sudah penuh bangunan

Sawah-sawah teknispun tidak jauh nasibnya dengan perbukitan dan hutan lindung, berubah semua menjadi ruko, gudang, Mall. Hotel dan perumahan bagi karyawan pabrik atau industri, yang jumlahnya mencapai ribuan pegawai.

Perubahan fisik sangat terlihat sekali, pembangunan jalan terus disetiap jengkal Kota Karawang , ada yang membuat Hotel, Rumah Sakit, Mall, Pergudangan dan Perumahan subsidi dan non subsidi. Pertumbuhan pendudukpun sangat cepat, karena disebabkan oleh tingginya urbanisasi, jadi Karawang seperti gula dikerubungi semut.
Kiri kanan penuh dengan pedagang

Pertumbuhan penduduk sangat cepat ini dapat kita lihat, tidak seimbang dengan fasilitas perkotaan. Akibatnya dijalan raya selalu macet, pedagang kaki lima seperti jamur tidak boleh ada ruang kosong selalu terisi oleh mereka, perkampungan mulai kumuh dengan pertumbuhan kontrakan-kontrakan yang saling berdempetan satu sama lain, hunian liar seperti disepanjang irigasi dan sungai Citarum pun sudah mulai terisi, bahkan sudah pasang harga, bahkan tanah kosong dipinggir jalan sudah dikapling-kapling, saluran air kotor dan tercemar sampah dan bahan kimia. Diperempatan lampu merah banyak peminta-minta, anak-anak, tua muda, yang masih seger dan terpincang-pincang buaaanyaak. Kultur berubah dari sosial budaya agraris yang cenderung silih asah silih asuh silih asih dan silih wangi ke budaya sosial industri yang cenderung individualistik mengarahkan menjadi kompetitor dan pemburu rente.

Melihat kondisi sekarang ini apakah gelar Kota Karawang adalah “kota Padi” lumbung padi nasional masih relevan disandangnya?????????, apakah perlu gelar baru?????????, Wallahu A'lam . Barangkali Pemirsa Budiman punya pendapat?????.

Terimakasih. Mudah-mudahan tulisan sederhana ini bermanfaat bagi kita semua.

Karawang, 4 Nopember 2017.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar