Pondasi Cakar Ayam Ternyata Inspirasi Dari Pohon Kelapa Bukan dari Ayam
Pondasi Cakar ayam temuan dari Prof.DR.Sedyatmo merupakan terobosan baru dibidang teknik bangunan diatas tanak lembek, rawa-rawa atau tanah yang tidak stabil. Dalam benak saya pondasi cakar ayam itu adalah bentuk rekayasa teknik bangunan dari kaki ayam atau ceker ayam. Ternyata setelah membaca buku “ Prof.DR.Sedyatmo Intuisi Mencetus Daya Cipta ” terbitan Teraju, baru paham... pondasi cakar ayam itu terilhami oleh pohon kelapa bukan dari cakar ayam.
Sejarahnya
pada tahun 1962 Indonesia mendapat kehormatan untuk menyelenggarakan Asian
Games ke IV. Presiden Sukarno memerintahkan untuk membangun kompleks olah raga,
terbesar dan lengkap di kampung Senayan.
Untuk
mendukung sarana dan prasarana kompleks olah raga tersebut perlu daya listrik
yang besar padahal waktu itu Jakarta masih kekurangan listrik, maka dibangun
pula secara berbarengan dengan pembangunan kompleks Senayan yaitu pembangunan
pembangkit listrik tenaga uap di Tanjung priok yang di pimpinan oleh
Prof.DR.Sedyatmo.
Dalam
pelaksanaannya banyak kesulitan yang dihadapi oleh proyek pembangunan
pembangkit tenaga listrik ini, seperti pembangunan tower listrik atau tiang
listrik untuk menyalurkan listrik tegangan tinggi ke kompleks Senayan, hanya
bisa terbangun 2 tower saja dari rencana 7 tower. Penyebabnya adalah tanah
lembek/tanah rawa disekitar Jakarta pada waktu itu. 2 tower yang sudah dibangun
menggunakan pondasi konvensional yaitu menggunakan tiang pancang/pasak bumi
karena masih berada di tanah yang keras, sisanya 5 tower belum dibangun karena
kondisi tanah yang tidak stabil, lembek berawa-rawa, tanah ini tidak cocok
dengan pondasi konvensional.
Hal
ini menjadi kendala bila diteruskan pembangunan tower menggunakan pondasi
konvensional akan memerlukan waktu yang lama, padahal kebutuhan listrik untuk
acara Asian Games tinggal 4 bulan. Karena selain tower yang dibangun, harus
membangun jalan untuk alat-alat berat ke lokasi tower, karena pada waktu itu
belum ada jalan yang memadai, kondisinya masih tanah kosong berawa-rawa.
Pada
hari minggu tanggal 29 April 1962 beliau mengajak anak-anaknya piknik ke Pantai
Cilincing Jakarta Utara. Disini beliau mendapat ilham/inspirasi dari pohon
kelapa yang masih banyak disekitar pantai tersebut. Beliau mengamati dengan
seksama...pohon kelapa itu tidak mempunyai akar tunjang pohon kelapa mempunyai
akar serabut dan hanya menembus lapisan tanah atas tidak sampai ke dalam tanah,
tetapi sangat kuat menahan beban yang besar, walaupun tiap hari diterpa angin
laut yang cukup kencang.
Setelah
itu beliau mencari persamaan antar pohon kelapa dengan tower listrik yang akan
dibangunnya...., kemudian ditarik kesimpulan dan dilakukan percobaan di daerah
Angke, dan mendapat keyakinan bahwa pondasi yang mirip akar kelapa cocok untuk
membangun tower listrik di atas tanah lembek atau berawa-rawa.
Temuan
ini mendapat benyak sambutan negatif yang meragukan kekuatannya, tetapi beliau
berkeyakinan dengan mantap bahwa pondasi ini bisa tahan lama puluhan tahun,
bahkan ratusan tahun.
Untuk
penamaan pondasi ini banyak masukan seperti “fondasi berakar banyak”, fondasi
akar serabut”, fondasi akar kelapa” dan fondasi nyiur melambai”., Tetapi beliau
teringat dengan mesin giling jalan ada komponennya yang dinamakan “Sheep Foot Rol atau rol kaki kambing.
(menurut di buku “entah mengapa beliau menyebut kaki ayam”) dan ada keinginan
untuk memakai kata-kata ini untuk nama pondasi temuannya.
Beliau
ini orang Jawa, tidak lazim untuk menyebut kaki ayam tetapi menyebutnya
‘cakar/ceker ayam” dan memang pondasi temuannya ini mirip dengan cakar/ceker
ayam.
Tanggal
29 April 1962 ditetapkan oleh beliau tanggal kelahiran pondasi cakar/ceker ayam
di Cilincing Jakarta Utara. Terima Kasih.
Mudah-mudahan
tulisan sederhana ini bermanfaat bagi kita semua.
Karawang
16 Oktober 2020.
Ref:
“ Prof.DR.Sedyatmo Intuisi Mencetus Daya
Cipta ” terbitan Teraju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar