Jumat, 16 Oktober 2020

Pondasi Cakar Ayam Ternyata Inspirasi Dari Pohon Kelapa Bukan dari Ayam

 Pondasi Cakar Ayam Ternyata Inspirasi Dari Pohon Kelapa Bukan dari Ayam


Pondasi Cakar ayam temuan dari Prof.DR.Sedyatmo merupakan terobosan baru dibidang teknik bangunan diatas tanak lembek, rawa-rawa atau tanah yang tidak stabil. Dalam benak saya pondasi cakar ayam itu adalah bentuk rekayasa teknik bangunan dari kaki ayam atau ceker ayam. Ternyata setelah membaca buku “ Prof.DR.Sedyatmo Intuisi Mencetus Daya Cipta ” terbitan Teraju, baru paham... pondasi cakar ayam itu terilhami oleh pohon kelapa bukan dari cakar ayam.

Sejarahnya pada tahun 1962 Indonesia mendapat kehormatan untuk menyelenggarakan Asian Games ke IV. Presiden Sukarno memerintahkan untuk membangun kompleks olah raga, terbesar dan lengkap di kampung Senayan.

Untuk mendukung sarana dan prasarana kompleks olah raga tersebut perlu daya listrik yang besar padahal waktu itu Jakarta masih kekurangan listrik, maka dibangun pula secara berbarengan dengan pembangunan kompleks Senayan yaitu pembangunan pembangkit listrik tenaga uap di Tanjung priok yang di pimpinan oleh Prof.DR.Sedyatmo.

Dalam pelaksanaannya banyak kesulitan yang dihadapi oleh proyek pembangunan pembangkit tenaga listrik ini, seperti pembangunan tower listrik atau tiang listrik untuk menyalurkan listrik tegangan tinggi ke kompleks Senayan, hanya bisa terbangun 2 tower saja dari rencana 7 tower. Penyebabnya adalah tanah lembek/tanah rawa disekitar Jakarta pada waktu itu. 2 tower yang sudah dibangun menggunakan pondasi konvensional yaitu menggunakan tiang pancang/pasak bumi karena masih berada di tanah yang keras, sisanya 5 tower belum dibangun karena kondisi tanah yang tidak stabil, lembek berawa-rawa, tanah ini tidak cocok dengan pondasi konvensional.

Hal ini menjadi kendala bila diteruskan pembangunan tower menggunakan pondasi konvensional akan memerlukan waktu yang lama, padahal kebutuhan listrik untuk acara Asian Games tinggal 4 bulan. Karena selain tower yang dibangun, harus membangun jalan untuk alat-alat berat ke lokasi tower, karena pada waktu itu belum ada jalan yang memadai, kondisinya masih tanah kosong berawa-rawa.

Pada hari minggu tanggal 29 April 1962 beliau mengajak anak-anaknya piknik ke Pantai Cilincing Jakarta Utara. Disini beliau mendapat ilham/inspirasi dari pohon kelapa yang masih banyak disekitar pantai tersebut. Beliau mengamati dengan seksama...pohon kelapa itu tidak mempunyai akar tunjang pohon kelapa mempunyai akar serabut dan hanya menembus lapisan tanah atas tidak sampai ke dalam tanah, tetapi sangat kuat menahan beban yang besar, walaupun tiap hari diterpa angin laut yang cukup kencang.

Setelah itu beliau mencari persamaan antar pohon kelapa dengan tower listrik yang akan dibangunnya...., kemudian ditarik kesimpulan dan dilakukan percobaan di daerah Angke, dan mendapat keyakinan bahwa pondasi yang mirip akar kelapa cocok untuk membangun tower listrik di atas tanah lembek atau berawa-rawa.

Temuan ini mendapat benyak sambutan negatif yang meragukan kekuatannya, tetapi beliau berkeyakinan dengan mantap bahwa pondasi ini bisa tahan lama puluhan tahun, bahkan ratusan tahun.  

Untuk penamaan pondasi ini banyak masukan seperti “fondasi berakar banyak”, fondasi akar serabut”, fondasi akar kelapa” dan fondasi nyiur melambai”., Tetapi beliau teringat dengan mesin giling jalan ada komponennya yang dinamakan “Sheep Foot Rol atau rol kaki kambing. (menurut di buku “entah mengapa beliau menyebut kaki ayam”) dan ada keinginan untuk memakai kata-kata ini untuk nama pondasi temuannya.

Beliau ini orang Jawa, tidak lazim untuk menyebut kaki ayam tetapi menyebutnya ‘cakar/ceker ayam” dan memang pondasi temuannya ini mirip dengan cakar/ceker ayam.

Tanggal 29 April 1962 ditetapkan oleh beliau tanggal kelahiran pondasi cakar/ceker ayam di Cilincing Jakarta Utara. Terima Kasih.

Mudah-mudahan tulisan sederhana ini bermanfaat bagi kita semua.

Karawang 16 Oktober 2020.

Ref: “ Prof.DR.Sedyatmo Intuisi Mencetus Daya Cipta ” terbitan Teraju.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar