Hilang di Culik Mayor Soeroto Koento di Karawang.
Hilangnya Mayor Soeroto Koento tanggal
27 Nopember 1946 hingga sekarang belum bisa dijawab secara pasti, karena
jasadnya belum ditemukan apakah Mayor Soeroto Koento diculik dan dibunuh di
suatu tempat rahasia dan siap pelakunya hingga sekarang masih misteri, dan
pelakunya sangat luar biasa berani, karena Mayor Soeroto Koento pada waktu itu
adalah orang penting di TRI (Tentara Republik Indonesia), beliau adalah komandan
Resimen V Cikampek.
Hanya mobil dinasnya saja yang
yang tertinggal kosong tanpa penumpang disekitar Desa Warung Bambu disamping
rel kereta api (diantara Karawang – Klari), semua penumpangnya hilang, Mayor Soeroto
Koento, Mayor Adel Sofyan (Kepala staf resimen V Cikampek), seorang pengawal
dan sopir. Pada waktu itu Beliau akan pulang ke markas Resimen yang
berkedudukan di Cikampek, setelah menghadiri rapat komando dengan para pemimpin
laskar-laskar perjuangan yang berada di Karawang –Bekasi. Untuk mengenang
perjuangan beliau dibuatkan tugu peringatan ditempat beliau hilang diculik.
Menurut buku “Sejarah Perjuangan
Soeroto Koento Bersama Masyarakat Karawang “ terbitan Pemda Karawang Tahun 2006.
Pada waktu itu (setelah Proklamasi) banyak bermunculan organisasi atau
laskar-laskar perjuangan bersenjata untuk mempertahankan kemerdekaan. Dampak
positifnya dengan banyaknya laskar-laskar perjuangan dengan senjata lengkap,
menunjukan dukungan dari rakyat atas kemerdekaan Indonesia sangat besar dan
dapat memberikan dorongan moril yang kuat untuk mempertahankan kemerdekaan
bangsa. Dampak Negatifnya banyak laskar-laskar perjuangan adalah tidak
terkoordinir dengan baik dalam
mempertahankan kemerdekaan, banyak penyebabnya seperti para pemimpin laskar
yang tidak jelas latar belakangnya, banyak bekas-bekas garong, pencopet, begal
(preman untuk bahasa sekarang) yang jadi pemimpin laskar, yang penting punya
anak buah yang banyak, punya senjata, bahkan punya atribut sendiri, bahkan
pemimpin laskar banyak yang berkolaborasi dengan partai politik, bahkan lebih
parah lagi banyak disusupi oleh intelejen Belanda. Mereka sangat berani untuk
memilah-milah wilayah kekuasaan, bentrok antar laskar sudah biasa, bahkan
bentrok dengan TRI tidak ada takutnya, tidak mau berkerja sama dengan TRI, suka
pamer kekuataan (show power) yang berlebihan bahkan cenderung memprovokasi TRI
dan laskar lainnya dan menakutkan masyarakat. Seolah-olah merekalah yang paling
berjasa dalam perjuangan mempertahan kemerdekaan.
Untuk daerah priangan laskar-laskar
perjuangan dapat diatur, dikoordinir dan disalurkan dengan baik, tidaklah
dengan kondisi di Karawang dan sekitarnya. Sulit sekali untuk mengkoordinirnya,
laskar-laskar yang sudah ada di Karawang ditambah dengan laskar-laskar pindahan
dari Jakarta seperti Laskar Rakyar Djakarta Raya(LRDR), karena Jakarta jadi
kota Diplomasi, jadi harus bebas,
aman,tenang tidak ada gangguan kontak senjata,tentara dan laskar harus
keluar dari Jakarta.
Hingga saat ini hanya sampai
dugaan saja yang menculik Mayor Soeroto Koento adalah Laskar Rakyat Djakarta
Raya (LRDR), salah dasar dugaan tersebut adalah markas mereka ada di desa
Lamaran di bekas pabrik penggilingan beras ‘Lawat” di belakang pabrik tersebut
banyak ditemukan tulang belulang manusia hasil eksekusi orang yang menghalangi
dan tidak sejalan dengan perjuangan mereka.
Mudah-mudahan tulisan sederhana
ini bermanfaat bagi kita semua, Terima kasih.
Ref; “Sejarah Perjuangan Soeroto
Koento Bersama Masyarakat Karawang “ terbitan Dinas Penerangan Pariwisata dan
Budaya Pemda Karawang Tahun 2006
Karawang, 19 Oktober 2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar