Minggu, 01 Oktober 2017

Bendungan Walahar Di Karawang Setitik Kejujuran Dari Kolonialisme Belanda

Bendungan Walahar Di Karawang Setitik Kejujuran Dari Kolonialisme Belanda
Masih berdiri dengan gagah



Bendungan Walahar yang terletak di desa walahar kecamatan Klari kabupaten Karawang. Merupakan salah satu warisan dari kolonialisme Belanda yang berfungsi mengatur debit sungai Citarum yang mengalir dari Gunung Wayang Bandung ke utara ke laut jawa. Debit sungai Citarum ini, diatur oleh 3 bendungan besar yaitu Saguling, Cirata, Jatiluhur, dan bendungan kecil sebelum bendungan Walahar yaitu bendungan Curug dan yang terakhir adalah bendungan Walahar, jadi sepanjang sungai Citarum ini ada 5 bendungan. Bendungan walahar berfungsi untuk mengairi sawah di daerah pantai utara Karawang dan Subang. Luas sawah yang diairi oleh air sungai Citarum ini sebanyak kurang lebih 80 ribu hektar sawah ( mungkin sekarang sudah susut, karena banyak sawah yang beralih fungsi lahan, menjadi perumahan , gudang dan industri).
Pak.Opik bersama penulis

Bendungan walahar selesai dibangun pada tahun 1925 dengan dimensi panjang kurang lebih 50 meter.  Mempunyai  4 pintu yang dapat diangkat dan diturunkan untuk mengatur debit air sungai untuk masuk ke saluran irigasi, dan 1 pintu dari bak/Lock khusus. Bangunan Bendungan walahar mempunyai 3 lantai, lantai pertama digunakan untuk pintu air, dan lanatai ke 2 untuk jembatan penyeberangan kendaraan bermotor dan orang, sedang lantai 3 berupa tempat mesin pengangkat pintu air. Menurut pa Opik Petugas Pengawas Bendungan Walahar “ mesin yang digunakan berupa mesin diesel satu silinder buatan negara Eropa, merk  pastinya...saya lupa, nanti saya infokan ” . “Mesin diesel ini sudah ujur, karena dibuat sebelum jaman kemerdekaan RI, karena kami memperhatikan prosedur perawatan yang baik,  hingga sekarang mesin ini masih berfungsi dengan baik, dan dapat digunakan untuk menurunkan dan mengangkat pintu air” tambah beliau.
Sudah lama tidak digunakan
Merk mesin diesel "Slavia Made in Cekoslovakia

Bendungan walahar ini, oleh insinyurnya sudah dirancang sedemikian rupa, selain mempunyai  4 pintu, juga mempunyai 1 pintu dari bak/Locks khusus kegunaannya adalah untuk memindahkan perahu, getek/rakit dari sisi hulu sungai  ke sisi hilir sungai dan sebaliknya, karena pada jaman itu sungai merupakan alat tranportasi mobilitas orang dan barang, tapi sekarang tidak dipergunakan lagi, karena semua mobilitas orang dan barang sudah menggunakan mobil dan jalan raya.

Padahal untuk melihat keadaan sekarang bisa dipertimbangkan kembali untuk memakai jalur sungai untuk angkutan barang ke Jakarta. Karena sudah jenuh dan sering macet, dimana saja, di jalan tol pun sering macet. Sungai Citarum yang bermuara tidak jauh dari Tanjung Priok, bisa dipertimbangkan untuk pemecahan kemacetan di jalan raya dan jalan tol, tentunya untuk angkutan kelas berat seperti pengangkutan kontainer.
Setahun sekali dikurasnya

Bendungan walahar ini sejak dibangun hingga sekarang masih kokoh berdiri hingga sekarang tidak bergeser secentimeterpun, padahal bendungan ini selalu menahan ribuan ton lajunya air sungai Citarum, apalagi dimusim penghujan.

Operator sedang mencoba menghidupkan mesin ujur





Bukan bendungan Walahar saja, banyak bangunan warisan kolonialisme, rata-rata bangunannya masih awet hingga bertahan sampai ratusan tahun lamanya, dibanding dengan bangunan jaman sekarang. Mereka (mungkin) membangunnya dengan hitungan yang benar dan jujur, tidak ada hitungan banci, awet hingga sekarang. Ternyata kolonialisme Belanda mewariskan setitik kejujuran yang luput perhatian kita untuk dipelajari dan diterapkan sehari-hari, hingga kita sering melihat dan mendengar bangunan yang baru dibangun sudah rusak, bahkan sudah roboh kembali. Apa salahnya apabila kita merenungkan kembali peristiwa ini demi kebaikan kita semua. Terimakasih.
Bukti perawatan yg baik.., mesin berfungsi

Mudah-mudahan tulisan sedehana ini bermanfaat bagi kita semua. Dan saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Opik atas informasi dan foto Bendungan Walahar di Karawang.


Karawang, 1 Oktober 2017.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar