Tukang Sol Sepatu
Sepanjang Jalan Tuparev Karawang.
Menjahit sepatu dengan tatapan yang optimis |
Sedang mengerjakan orderan |
Dengan kemajuan jaman sekarang
ini, serba canggih, serba otomatis, serba mudah, bahkan serba robot. Ternyata
masih ada profesi yang (mungkin) sudah harus ditinggalkan, karena kemajuan yang
sudah demikian rupa, serba mudah dan gampang. Ada kerusakan langsung dibuang
ganti yang baru, tidak perlu diservise kembali atau diperbaiki kembali.
Di sepanjang jalan Tuparev
Karawang ada profesi memperbaiki sepatu atau sendal yang yang sudah rusak,
menjadi layak kembali untuk dipakai. Profesi disebut “Tukang Sol”. Dengan alat
sederhana yaitu jarum, benang, lem dan semir/cat sepatu. Dengan terampil mereka
memperbaiki sepatu atau sendal rusak agar dapat dipakai kembali tanpa harus
membeli yang baru. Biaya sangat jauh sekali apabila kita membeli sepatu atau
sendal yang baru, sangat murah dari Rp.10.000.-
– Rp.20.000,-, bahkan mereka tidak pasang tarif, tarif sewajarnya dan
tergantung dengan kerusakannnya.
Tukang sol pun perlu makan siang |
Tukang sol ini banyak berjejer
sepanjang jalan Tuparev, tidak kurang ada 10 orang tukang sol. Dari pintu
kereta api sampai pertigaan “Eng Siu Tong”, nah mereka mangkal disana, bila
anda membutuhkannya datang ketempat ini saja.
dengan wajah optimis menanti orderan |
Jika kita lihat mereka mangkal
nempel di depan toko-toko, mempersempit trotoar. Sepertinya ada aturan yang
dilanggar, tapi satu sisi merekapun punya andil besar terhadap berpenghidupan
berbangsa dan bernegara. Tanpa merepotkan negara dan Pemerintah , mereka bisa
menafkahi keluarganya dengan layak, walaupun jauh dari kemewahan seperti kita sering
kita lihat di acara televisi. Tuhan itu Maha Adil, walaupun profesinya
model begini, tidak memerlukan alat canggih, tetap ada rezekinya, asal mau
bekerja.
Nempel di depan toko menunggu rezeki halal |
“Yang penting Halal dan membawa
berkah pada kehidupan saya, mohon dimaklum saja, saya melanggar aturan, apalagi
dengan jaman sekarang.., pendidikan saya hanya sebatas Sekolah Dasar, tentunya
ilmunya sedikit, dengan modal itu tidak lebih tidak kurang, apa yang mau
diharapkan...., demi upaya untuk melangsungkan hidup saya dan keluarga, saya
lakonan” itu ungkapan dari hati nurani
mereka.
Mendengar ungkapan itu , saya
tertegun sejenak. Dengan membandingkan kenyataan, rakyat kecil dengan pikiran
yang sederhana, tidak muluk-muluk, hanya itu yang mereka cari. Ternyata kita
harus mau bercermin kepada mereka yang sederhana dan jujur. Bukan kepada mereka
yang kaya dan pinter, tapi kenyataannya sering
meminterin orang. Terima kasih tukang sol yang telah memberikan
setitik cahaya kehidupan kepada saya. Terima kasih.
Karawang 17 Mei 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar