Antara Kota Karawang –
Lubuk Linggau Sumatera selatan.
"Kabau"
"Kabau"
Tanpa di rencanakan saya diberi
kesempatan untuk melancong ke kota Lubuk Linggau Sumatera Selatan. Dalam
bayangan saya akan menempuh perjalanan yang sangat panjang dari Karawang ke
Palembang melalui udara dan diteruskan dengan jalan darat ke kota Lubuk
Linggau, kira kira 300 kilometeran jaraknya.


Ternyata dengan kemajuan ekonomi negeri tercinta ini, sudah ada lapangan udara (Bandara) Silampari Lubuk Linggau, yang dapat disinggahi oleh pesawat jet ukuran sedang. Hingga dapat memotong waktu dan jarak perjalanan yang selama ini sangat jauh.

Keajaiban teknologi jarak tempuh hampir
1000 kilometer dapat ditempuh kurang lebih 1 jam perjalanan, ini membuktikan
bahwa jarak antara Karawang dengan dengan Bandara Sukarno Hatta lebih jauh
antara Bandara Sukarno Hatta dengan Silampari di Lubuk Linggau, jarak Karawang
dengan sukarno Hatta bisa ditempuh dengan waktu 2 jam lebih , bahkan kalo
kondisi jalan padat bisa mencapai 4 jam……padahal jaraknya tidak lebih dari 150
kilometer, jalannyapun sudah jalan tol he he he.

Bandara Silampari ini, bandara
kecil yang baru diresmikan 2 bulan sebelum saya berkunjung kesana, pesawat yang
singgah ke bandara ini, hanya satu yaitu maskapai Nam air grupnya Sriwijya air,
itupun hanya 2 kali pemberangkatan dalam 1 sehari, menurut informasi bulan september
2016 maskapai Garuda akan singgah di bandara ini.

Atas rekomendasi teman saya, saya
menginap di hotel Burza, dekat sekali dengan pusat kota, karena kota Lubuk
Linggau ini memanjang bentuknya. Dalam seharian saya berkeliling ke tempat
rekreasi di kota ini seperti air terjun teman, air Ta’li, air terjun Pelegan,
watervang dan Musium Sriwijaya dan yang
lainnya, sebetulnya masih banyak yang harus dikunjungi.


Setiap saya berkunjung ke kota dimana saja, ada ritual wajib saya lalukan yaitu berkunjung ke pasar tradisonal. Di kota ini saya berkunjung ke pasar Tradisional Bukit Sulap. Cukup lumayan besar ini, dan banyak sekali pengunjungnya dari daerah sekitar kota Lubuk Linggau, sepertinya hampir semua pasar tradisional dimana saja penataannya sama dengan namanya. Terlepas daripada itu saya senang sekali karena pasar ini sangat hidup…,juga bersih, banyak ragam yang dijual sayuran, ikan, ayam, daging dan yang lainnya.

Dari sekian banyak sayuran yang dijual ada menarik perhatian saya yaitu “Kabau”. Dari namanya saja, saya baru mendengar, menurut informasi kabau ini campuran untuk sambel goreng, pengganti pete, karena baunya tidak jauh beda dengan pete atau jengkol. Hanya bentuknya kecil bulat pipih seperti batu batere litium. Dan memang susunannya seperti batu batere litium, sepertinya susunan batu batere litium ini meniru susunan “Kabau” seperti nampak dalam foto he he he . Untuk pembuktian saya telah sampai ke Lubuk Linggau , saya bawa “Kabau” 1 kilo seharga Rp.10.000,- untuk oleh oleh yang dirumah…..he he he, tentunya aneh jauh jauh ke Lubuk Linggau pulang hanya membawa “kabau” sepupunya jengkol dan pete.

Syukur Alhamadulillah saya kembali ke Karawang dan sampai ke rumah menemui orang orang yang saya cintai dengan selamat tanpa ada kekurangan satupun. Dan seperti biasa istri saya yang tercantik sedunia menyambut saya datang dengan gembira…., “apa ini???”setengah berteriak sambil mengacungkan kantong kresek berisi oleh oleh “Kabau”. Terima Kasih.
(Karawang 25 agustus 2016).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar