Tidak bisa dipungkiri ngumpul
atau jalan jalan atau pihnik dengan keluarga merupakan salah satu kenikmatan
yang luar biasa. Kami sekeluarga pada libur panjang memanfaatkan waktu luang
untuk berkunjung ke petilasan tuan tuan penjajah di Bogor yaitu Kebun Raya
Bogor.

Pagi pagi setelah sembahyang subuh kami sudah meninggalkan rumah untuk menuju stasion Karawang, kenapa saya tidak mempergunakan mobil pribadi ?, saya ingin memperkenalkan kepada kedua anak saya, bahwa ada kendaraan yang ekonomis dan praktis untuk bepergian di banding dengan kendaraan mobil yaitu kereta api, juga untuk memperkenalkan bahwa kereta api lah yang membawa ayahnya bekerja ke Jakarta, tiap hari berangkat subuh pulang malam selalu naik kereta api.
Setelah membeli tiket, kami
langsung ke warung nasi uduk untuk sarapan yang sangat enak rasanya dibanding tukang
uduk lain. Pas setelah kami sarapan uduk, kereta api yang akan membawa kami
sekeluarga ke Jakarta, telah diumumkan akan datang di spur 4. Tanpa ada komando,
para penumpang yang sudah mempunyai tiket sudah berkumpul di peron 3 dan peron
4. 
Dengan tertib para penumpang naik ke gerbong untuk mencari tempat duduk yang kosong, kami maklum karena kereta api ini kereta lokal tiketnya tanpa menyebutkan tempat duduk, berbeda dengan kereta api jarak jauh, tiketnya akan tertera nomor bangku masing masing, jadi penumpang tidak perlu berebutan kursi kosong.
Setelah sampai di stasion Jakarta
Kota kami melanjutkan perjalanan ke Bogor dengan Kereta api listrik atau yang dikenal
dengan KRL. Kedua anak saya seperti keheranan dengan body kereta pi ini, “ beda
ya… ama kereta yang tadi” tanya anak saya yang pertama ke adiknya “iya a..,
enakan kereta ini…, lebih dingin …., Cuma tempat duduknya kaya bangku di depan
rumah kita he he he he..” jawab
adiknya dengan riang.

Pagi pagi setelah sembahyang subuh kami sudah meninggalkan rumah untuk menuju stasion Karawang, kenapa saya tidak mempergunakan mobil pribadi ?, saya ingin memperkenalkan kepada kedua anak saya, bahwa ada kendaraan yang ekonomis dan praktis untuk bepergian di banding dengan kendaraan mobil yaitu kereta api, juga untuk memperkenalkan bahwa kereta api lah yang membawa ayahnya bekerja ke Jakarta, tiap hari berangkat subuh pulang malam selalu naik kereta api.


Dengan tertib para penumpang naik ke gerbong untuk mencari tempat duduk yang kosong, kami maklum karena kereta api ini kereta lokal tiketnya tanpa menyebutkan tempat duduk, berbeda dengan kereta api jarak jauh, tiketnya akan tertera nomor bangku masing masing, jadi penumpang tidak perlu berebutan kursi kosong.

Tidak menunggu lama kereta KRL berangkat menuju kota Bogor kira kira 1.5 jam perjalanan, dalam perjalanan mereka berdua
kaget dan heran karena keretanya ada diatas jalan raya, dan pemandangan cukup
lapang hingga bisa melihat jarak jauh ke sekelilingnnya.
Sesuai dengan perkiraan kami
telah sampai di stasion Bogor, dan cukup dekat dengan Kebun Raya Bogor, hingga
kami berjalan kaki menujunya, karena masih cukup pagi lalu lintas masih lengang
dan kelihatan asri kota Bogor tanpa ada angkot yang berjubel.

Setelah membeli tiket masuk ke
Kebun raya, kedua anak saya keheranan dengan rimbunnya pepohonan dan sangat
luas sekali. Anak saya yang pertama yang sering melontarkan pertanyaan tentang
pepohonan yang ada di Kebun Raya ini, sampai siapa yang membuat kebun ini. Saya
seperti biasa sebelumnya saya membuka Mbah Google he he he he , jadi hamper semua pertanyaan anak saya yang pertama bisa
selalu saya jawab, walaupun tidak sempurna.


Kalo dipikir pikir sempet
sempetnya mereka Tuan tuan penjajah membuat kebun ini hingga puluhan sampai ratusan
koleksi pepohonan yang tumbuh di pelosok Nusantara. “yah….. kira kira untuk apa
mereka membuat kebun seluas ini ?, kan waktu itu hutan masih banyak .., pohon
pohon masih banyak dimana mana.., kan ngga perlu cape cape ngumpulin pohon
pohonan?” tanya anak saya yang pertama, “mereka itu berpikirnya sangat panjang
jauh melebihi jaman…, mungkin mereka sudah
memperkirakan jaman yang akan datang
manusia makin banyak , tentunya membutuhkan lahan untuk tempat tinggal,
pabrik.., lahan makin sempit.., tidak ada lahan lagi.., maka mereka membuat
kebun seluas ini, terus mereka menanam pohon pohon jangan sampai pohon pohon
ini punah”, “ selain itu Yah..?”, “ selain itu mereka suka sekali mengadakan
penelitian penelitian…, jadi mereka ngga perlu ke tengah hutan untuk melihat
satu pohon…, cukup datang ke kebun raya ini sudah cukup” jawab saya sambil
meminum air mineral kehausan, karena cukup lumayan juga berjalan kaki
mengelilingi kebun raya ini. “Yah…, kira kira berapa meter luasnya Kebun Raya
ini..?” tanya anak yang kedua, “kira kira 80 hektaran, bukan meteran lagi
ngitungnya, itu sama dengan 80.000 meter “ jawab saya ragu ragu akan keakuratan
luasnya ini kebun.


Ternyata di dalam Kebun raya ini
sudah komplet fasilitas, serba ada dan mudah, hingga pengunjung tidak perlu
susah susah keluar untuk membeli minuman atau makanan. Setelah puas berkeliling
dan foto foto, kami memutuskan untuk mengisi tengki yang ampernya sudah menurun he he he alias lapaaar….., kami memilih tempat yang strategis dan
cukup lapang pemandangannya bisa melihat hamparan rumput hijau dan pepohonan
yang rimbun.

“Yah…, kira kira si Tuan Brosman ini bikin Kebun raya ini untuk siapa…?” tanya anak saya yang pertama dengan mulut masih penuh dengan makanan, “he he he … “ anak saya yang kedua terkekeh kekeh mendengar kakaknya menyebut Tuan Brosman, saya pun ikut tertawa…, dan berpikir dari mana dia dapat nama Tuan Brosman dari siapa…ya??, “a.., Tuan Brosman itu siapa..?” tanya adiknya sambil tertawa terus, “ Tuan Brosman orang Belanda yang ngejajah kita” jawab kakaknya dengan yakin.

“Yah…, kira kira si Tuan Brosman ini bikin Kebun raya ini untuk siapa…?” tanya anak saya yang pertama dengan mulut masih penuh dengan makanan, “he he he … “ anak saya yang kedua terkekeh kekeh mendengar kakaknya menyebut Tuan Brosman, saya pun ikut tertawa…, dan berpikir dari mana dia dapat nama Tuan Brosman dari siapa…ya??, “a.., Tuan Brosman itu siapa..?” tanya adiknya sambil tertawa terus, “ Tuan Brosman orang Belanda yang ngejajah kita” jawab kakaknya dengan yakin.
Mendengar diskusi kedua anak saya ini,
saya cepet cepet membuka Google untuk dapat informasi lebih lengkap. “ neh a…,
menurut info di google, bentuk kebun yang sekarang ini oleh Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles, tapi cikal
bakal kebun ini sudah ada sejak jaman Sri Baduga Maharaja atau Prabu siliwang.
“Ooo jadi bukan tuan Brosman yang bikin
nya?? he he he” jawab anak saya
pertama sambil tertawa kecil, “ he he he
si aa salah” ledek adiknya, “jadi Tuan Thomas Raffles dan Tuan Prabu siliwangi
..itu siapa…???’” kakaknya balik tanya, “waduh panjang neh cerita” dalam benak saya,
belum saya jawab, emaknya anak anak sudah teriak, “ wah sudah siang neh yu kita
pulang.., ntar ketinggalan kereta yang ke Karawang” emaknya anak anak
mengingatkan sedikit menjurus perintah untuk pulang kembali Karawang.
Melihat muka anak yang pertama
emak anak anak berujar ”jawabannya… aa.., kamu juga ade… harus sering baca buku
sejarah.., atao buka google di henpunnya.., jangan maen gem melulu”, “ duuh…
baik bu “ jawab kedua anak saya dengan kompak dan sedikit agak jengkel.
Setelah membayar makanan ke kasir, kami
langsung menuju kembali stasion kereta Bogor untuk membawa kami ke Jakarta dan
terus ke Karawang, kira kira jam 7 sore kami sudah sampai ke rumah dengan
selamat sempurna.
Sebelum istirahat tidur, saya
membuka buku Historis of Java, pikiran saya membandingkan Sri Baduka Maharaja
dan Tuan Raffles dengan pelaku jaman sekarang,
walaupun mereka berdua sangat jauh berbeda dalam menerima pendidikan,
tapi pikiran mereka sama… ingin melestarikan alam, agar dapat bermanfat bagi
kehidupan manusia dimasa mendatang. Dan salah satu manfaatnya sekarang terbukti
dapat dirasakan oleh kita sekarang.
Sampaikan kapankah keberadaan
kebun Raya Khususnya Kebun Raya Bogor dan umumnya kebun raya yang tersebar di
pelosok negeri ini, karena melihat kondisi sekarang sepertinya orang orang
sekarang tidak boleh melihat tanah kosong, sawah kebun, bahkan hutan…, dibebaskan
dan terus didirikan bangunan bangunan untuk kepentingan bisnis semata. Dan
adakah kira kiranya tuan tuan tanah jaman sekarang yang berpikiran seperti Sri Baduga
Maharaja dan Tuan Thomas Raffles…., hanya Tuhan Dzat Yang Maha Tahu yang tahu jawabannya.
================================================================================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar