
Ternyata kami berangkat ke Merak
bertambah satu orang lagi, si Awi membawa temen yang sekampung yang sama belum
pernah melihat pelabuhan Merak, jadi tambah rame dalam perjalanan dari
memperkenalkan diri sampai kongres ke masalah masalah sosial lainnya yang ada
dalam benak masing masing. Tanpa terasa kami sudah sampai di Stasion Kemayoran
jam 7 pagi, masih pagi kami langsung mencari warung yang sudah buka untuk
sarapan.
Sambil sarapan kami ngobrol terus
topiknya satu yaitu perubahan pelayan di kereta api, sungguh luar biasa
perubahannya, seperti kereta ekonomi semua gerbong ber AC semua tanpa kecuali,
penumpang dilarang merokok disemua gerbong dan tiket penumpang terbatas hingga
yang naik kereta tidak penuh sesak seperti kereta dulu dan tidak berhenti di
semua stasion…, hebaaat.
Setelah sarapan saya suruh si Awi
beli tiket KRL ke Stasion Angke dan tanyakan sekalian kereta yang dari stasion
Angke ke Merak berangkatnya jam berapa, tidak begitu lama si awi sudah muncul
kembali, sebelum saya nanya, si awi lebih dulu ..,bahwa kereta yang dari Angke ke
merak sudah berangkat tadi pagi. Mendengar informasi dari si saya dan si awi
bengong…, tapi si awi dapat informasi dari petugas loket bahwa ada bis Damri dari
Stasion Gambir yang menuju Tanjung Karang Lampung jam 8 berangkatnya, berarti
sebentar lagi.
Tanpa menunggu berpikir panjang
saya putuskan untuk nlari ke stasion Gambir…, tentunya pake bajaj bukan lari
pake kaki he he he…, singkat cerita
kami telah sampai ke stasion Gambir..,ya memang dekat sekali antara stasion
Kemayoran dan stasion Gambir kurang lebih 3 kilometer. Dan kami langsung
membeli tiket bis dimaksud, Alhamdulillah
masih tersedia pas untuk 3 orang, harga tiket bis di hitung ke Tanjung Karang,
walaupun kami hanya sampai ke Merak, kata si awi tidak apa apa demi mencapai
cita cita kita perlu pengorbana yang lebih he
he he diiringi tertawa kecut eh kecil.
Singkat cerita kami telah sampai
di pelabuhan Merak kira kira jam 11 dan langsung masuk kapal berikut bis nya,
“waah gede sekali ya..neh kapal, bis aja bisa masuk dan banyak lagi “ si Ari
ngomomg sendiri keheranan. Seluruh penumpang dipersilahkan turun pindah ke dek
penumpang di latai 2, karena tidak boleh ada penumpang yang berada di dek mobil.
Dengan penuh semangat si Awi dan
si Ari menuju dek penumpang dan langsung ke dek paling atas, karena diatas sana
dapat melihat sekeliling pelabuhan Merak yang sangat sibuk dengan keluar masuk
kapal Feri dari pelabuhan Bakauheni. Pelabuhan Merak ini
menghubungkan Pulau
Jawa dan Sumatera yang dipisah oleh Selat Sunda, yang menurut informasi selat
ini merupakan selat yang paling padat atau sibuk se dunia, masuk akal.., jalur
ini dilintasi oleh kapal feri hingga mencapai 90 trip, belum kapal yang
melintas dari laut Jawa menuju Samudra Hindia atau sebaliknya.
Dengan muka penuh takjub mereka
berdua melihat kapal ini sendiri yang besar dan kapal kapal lain di sekitar
pelabuhan Merak, kelihatannya mulut dan tangan mereka tidak berhenti ngomong
dan menunjuk nunjuk ke berbagai arah, dan tidak lupa mereka pun memotret dengan
henpunnya.
Sebelum masuk kapal ini, saya
ingat pesen guru ngaji saya “kalo bertemu dengan air besar, sungai, danau, laut.., baca asalamualaikum ya Nabiyulloh Khidir AS dan bertemu dengan daratan
baca asalamualaikum ya Nabiyulloh Yahya AS” pada hakekatnya Allah SWT lah yang menyelamatkan kita” , dan itu sampai
sekarang selalu saya ingat dan saya praktekan.
Kapal mulai bergerak meninggalkan
pelabuhan Merak menuju Pelabuhan Bakauheni Lampung, terlihat dari sebelah utara
langit mulai mendung mao turun hujan. Bukan hujannya…tapi ombaknya yang bikin
saya agak degdegan, sekurang
kurangnya saya bisa mabuk laut karena ombak tinggi tinggi. Betul sekali tidak
lama kemudian hujan turun dengan deras, tapi kapal terus melaju kearah
Bakauheni.
Tidak lama kemudian kapal mulai
merapat ke Pelabuhan Bakauheni, dengan cekatan kapten kapal merapatkan badan
kapal ke sandaran pelabuhan, hujan mulai reda cenderung berhenti, dan saya
pamit ke kondektur bis Damri, bahwa saya turun di Bakauheni.
Setelah cukup puas jalan jalan di
pelabuhan Bakauheni, kamipun langsung pesen tiket pulang kembali ke Merak,
karena mao mengejar kereta yang menuju Angke, dan diteruskan menuju ke Karawang
memakai kereta yang terkahir jam 7.30 keberangkatan stasion Kemayoran.
Jam 22.00 atau jam 10 malam kami
bertiga sampai ke stasion Karawang, terdengar suara pelan dari si Awii dan si
Ari rasa syukurnya kepada Tuhan YME yang berkenan mengiizinkan dapat melihat
pelabuhan Merak bahkan lewat…sampai ke Bakauheni, ini pengalaman yang jarang
didapat dalam 1 hari bisa mejelajah antar pulau. Kami pamitan berpisah untuk
pulang ke rumah masing-masing dengan selamat... Amin.