Selasa, 07 Maret 2017

Antara Kota Karawang dan Gayo Lues Aceh

Antara Kota Karawang dan Gayo Lues Aceh

Ibu Hajah Nur Juli beserta Keluiarga

Untuk pertama kalinya, pada awal bulan Maret 2017 saya diizinkan oleh Alloh SWT untuk mengunjungi tanah Gayo Lues Aceh. Sebetulnya karena kebaikan teman saja, saya bisa diajak ke Gayo lues Aceh. 
Hotel Sarah Juli

Seperti biasa kami berangkat dari terminal Klari menuju Bandara Sukarno Hatta menggunakan Damri. Armada ini sangat membantu warga Karawang untuk bepergian ke Bandara Sukarno Hatta, tidak harus repot-repot ke Jakarta lagi.
Hotel Sarah Juli

Sebetulnya ada 2 rute untuk ke Gayo lues ini, pertama dari Jakarta ke Banda Aceh, terus ke Gayo Lues dengan 2 rute pula, rute darat berjarak kurang lebih 500 km, dan rute udara.  Rute ke dua Jakarta ke Medan Sumatera Utara, terus melalui jalan darat kurang lebih 325 km dan rute udara.
Gunung Sinabung

Teman saya memilih rute Jakarta Medan dan terus melalui jalan darat, memilih opsi ke dua, karena lebig dekat diobanding dengan Banda Aceh, juga memilih jalan darat karena pertimbangan cuaca, yang selalu berubah dengan cepat, dari cuaca cerah menjadi hujan. Karena saya posisi yang diajak jadi ngga perlu memberi pendapat he he he, tahu dirilah, padahal saya ingin lewat udara, karena waktu sangat singkat dibanding dengan jalan darat, yang memerlukan waktu kurang lebih 10 jam.
Gunung Sinabung ditutupi awan

Setelah mendarat di Bandara Kualanamu Medan, kami langsung ke Gayo Lues melalui jalan darat. Memang banyak yang dilihat, banyak pemandangan baru dilihat secara langsung dan dekat oleh saya seperti Gunung Sinabung yang meletus beberapa bulan lalu, Kota Brastagi, yang selama ini saya tahu Kota Brastagi itu dari permainan monopoli he he he.

salah satu keindahan Genting

Cuaca sangat cerah, matahari sinarnya tidak terhalang oleh awan, kami tidak menghidupkan ac, karena udara diluar kendaraan sangat sejuk  sekali, sekelilingnya gunung-gunung. Sepanjang perjalanan sepertinya tidak ada jalan yang lurus..., belok-belok melulu. Kiri kanan tebing  dan jurang yang lumayan cukup ngeri kalau kita sempat menolehnya. Dan banyak bekas-bekas longsoran tanah tebing, karena musin hujan ini , daerah seperti ini sering terjadi tebing longsor, penyebabnya struktur tanah labil, campuran tanah dan batu kericil juga banyaknya pepohonan yang di tebang tidak di tanam kembali, akibatnya tidak ada yang menahan lajunya air hujan, dan tidak ada akar pepohonan yang dapat merekat tanah hingga kuat terhadap gerusan air hujan.
Tempat ngopi dan pemandangan indah



Pukul 10 malam kami tiba di Kota Gayo Lues, terlihat sangat indah di malam hari dengan lampu yang menerangi kota Gayo Lues yang berkontur alam berberbukit-bukit. Kami langsung diantar ke Hotel Sarah Juli di jalan Kongbur Gayo Lues Blang Kejeren, atas rekomendasi dari temannya teman saya, yaitu Kamisin dan Abdi, rupanya kedua orang ini teman kuliah teman saya.

Tertutup kabut
Kami langsung diterima oleh yang punya Hotel Sarah Juli yaitu Ibu hajah Nur Juli, beliau sangat ramah sekali, anggap saja rumah sendiri tutur beliau. Setelah mendapat kamar saya langsung rebahan. Saya merenung mengingat kembali perjalanan tadi. Rupanya dalam kondisi cuaca seperti ini, sama saja resikonya, di jalan darat berpotensi untuk longsor, dan itu banyak dijumpai bekas-bekasnya, bahkan kita masih untung tidak terjebak oleh longsor, kalo kita terjebak longsor belum tentu kita sampai ke sini dalam waktu yang cepat, bisa satu hari atau lebih ungkap bapak Rasidin supir yang membawa kami ke Gayo Lues.
Akan lebih indah bila ada pepohonannya

Esokan harinya , teman saya langsung bertemu dengan Kamisin dan Abdi, saya tidak diajak. Jadi saya pihnik sendiri he he he langsung berputar-putar naik beca khas Gayo Lues, yaitu sepeda motor dimodifikasi hingga ada tambahan untuk orang atau barang disamping sepeda motor. Sungguh nikmat sekali karena pemandangan indah dan berhawa sejuk. Bahkan pengemudi beca menawarkan saya ke daerah Genting, yaitu daerah rekreasi yang berada di dataran lebih tinggi. Tanpa bisa menolak saya oke in langsung. Cukup lumayan jauh, tapi terobati setelah sampai di sana...., betul sekali pemandangan sangat indah sekali dan hawanya sejuk sekali, badan saya mengigil kedinginan lupa membawa jaket.

Untuk menghilangkan hawa dingin, saya masuk ke warung atau kedai kopi yang khusus menyediakan kopi Luwak yang sangat terkenal seantero dunia. Disini kita dapat langsung melihat proses pembuatan kopi luwak dari kopi yang dimakan sama Luwak hingga digiling manjadi kopi luwak siap seduh......(alhamdulillah saya tidak melihat luwak yang sedang diare he he he), sungguh luar biasa rasanya.

luar biasa indahnya genting

Setelah puas melihat pemandangan dan puas nyerupuk kopi Luwak. Saya langsung balik kembali Hotel, dan sudah nampak teman saya dengan muka agak jengkel, karena saya berangkat sendirian saja...he he he. “ ente mah maseh ada hubungan pekerjaan maseh bisa besok lusa ente kemari lagi” bujuk saya. “ Betul  juga....kamu, karena kerjaan sudah beres kita siap-siap besok pagi kita pulang” kata teman saya, “ seeetdah.. ini orang kaga ada capenya kali, baru kemaren nyampe, besok sudah pulang...., jangan-jangan teman saya ini ngga punya udel kali....he he he” kata saya dalam hati.
Nampak hutannya berkurang

Semalaman saya ngga bisa tidur memikirkan perjalanan panjang balik kembali, jalannya ada longsor ngga ....longsor ngga,  syukur alhamdulillah dan atas perkenan Nya, kami tiba dengan selamat di Kota Karawang tercinta ini, dan bisa langsung menulis pengalaman ini. Terima kasih.

 Karawang 6 Maret 2017.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar