SUNGAI
CITARUM JANGAN SEPERTI SUNGAI CILIWUNG
Sungai citarum
merupakan salah satu sungai besar dan terpanjang
di Propinsi Jawa Barat,
mengalir dari selatan Propinsi Jawa Barat menuju utara, ber muara di laut jawa,
hulu sungai ini dari Gunung Wayang yang berada di wilayah Bandung.
Kondisi sangat ini
berbeda dengan tahun 70 an, air masih jernih dan bersih, layak untuk dikosumsi,
seiring dengan kemajuan jaman seharusnya lebih baik, tetapi malah sebaliknya,
air citarum sekarang sudah sangat tercemar dari berbagai sumber pencemar
seperti Industri besar dan kecil,
sampah dan limbah
rumah tangga baik yang berada di sekitar kota Karawang, maupun dari kota
Bandung dan kota Purwakarta, sulit sekali untuk menentukan siapa yang
bertanggungjawab terhadap pencemaran ini.
Logikanya pada
tahun 70 an, keadaan ekonomi belum semaju ini, tapi mutu kebersihan sungai
citarum terjaga dengan baik, sekarang mutu kebersihan sungai citarum makin
menurun, padahal kemajuan ekonomi sekarang lebih baik dibanding dengan tahun 70
an , begitu pula dengan kemajuan teknologinya lebih canggih lagi dibanding
teknologi tahun 70 an.
radyanprasetyo.blogspot.com
Saya selaku orang
kota Karawang punya kekhawatiran terhadap perubahan ekosistem sungai citarum
ini, bukan hanya air nya tercemar, tapi bantaran kalinyapun sudah ada yang ngaranjah, melihat hal ini, saya punya pikiran jelek “jangan jangan sungai
citarum ini, nasibnya sama dengan sungai ciliwung”.
lipsus.kompas.com
Maka dari itu, saya
berharap kepada Pemda Karawang agar segera mengantisipasi resiko resiko yang
akan terjadi apabila hal ini dibiarkan, agar resiko resiko tidak manjadi
masalah yang lebih rumit dikemudian seperti di sungai ciliwung dan bantarannya,
seperti pembentukan Dinas Khusus yang mengelola limbah
Industri dan Rumah Tangga, alangkah bijaksananya apabila
kita bercermin kepada “tragedi Minamata
di Jepang pada tahun 1956”, kurang lebih 900 orang meninggal dunia dan 2000
an orang menderita, dan baru 50 tahun kemudian hasil lautnya bisa
kosumsi kembali oleh masyarakat Jepang.
Karawang, Desember 2015.
Lili Yuliadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar